KONTEKS.CO.ID - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengaku tersinggung alat dan sistem kecerdasan buatan (AI) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) disamakan dengan milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Dia mengakui, akurasi alat baru milik Bea Cukai sudah tembus 90 persen.
Hal itu disampaikan Purbaya usai meresmikan alat pemindai peti kemas (X-Ray) beserta inovasi digital bernama Self Service Report Mobile (SSR-Mobile) dan Trade AI di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat 12 Desember 2025.
Baca Juga: DJP Mulai Pangil para Crazy Rich Karena Diduga Tak Jujur Bayar Pajak dan Laporkan Aset
"Jangan bandingkan dengan Kementerian Kesehatan dong, tersinggung gue," ucapnya, Jumat.
Dia juga mengakui jika akurasinya alat tersebut tak akan sampai 100 persen.
"karena dia akan belajar. Kan dari result-result yang dibandingkan lagi ke lapangan, nanti dimasukkan masukan tambahan sehingga AI-nya bisa belajar. Kalau sekarang mereka bilang sih 90 persen akurasinya," tuturnya.
Namun, dia optimistis penggunaan alat pemindai serta pengembangan teknologi AI dapat memperkuat transparansi dan keamanan arus barang, hingga menutup celah-celah kecurangan.
Trade AI juga diklaim mampu membandingkan langsung barang ekspor dan impor dengan harga asli di lokapasar (marketplace) sehingga dapat mencegah praktik underinvoicing.
Baca Juga: Agensi Onew Buka Suara Soal Dugaan Keterlibatan dengan Injection Auntie dalam Kasus Park Na Rae
"Peluangnya untuk setiap pelabuhan yang memakai sistem ini, peluangnya akan semakin kecil impor-ekspor ilegal lagi," ujarnya.
"Tapi kalau masuk pelabuhan tikus, ya kita mesti pasang 'kucing' di situ kelihatannya, itu belum tentu bisa dijaga," lanjutnya.
Dia meyakini, barang selundupan yang besar juga masuk melalui pelabuhan-pelabuhan besar.
Menurut Purbaya, uji coba alat dan sistem baru Bea Cukai sudah dilakukan terhadap 145 pemberitahuan impor barang (PIB).