KONTEKS.CO.ID - Bagaimana nasib ekonomi Indonesia ke depan sangat bergantung dengan mazhab Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa.
Hal itu diungkapkan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan.
Awalnya, dia menyebut jika akan sangat wajar jika tahun pertama kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto masih banyak kekurangan.
Baca Juga: HP Itel 2025 Cuma Rp1 Jutaan: Tahan Lama dan Fitur Melimpah, Mirip iPhone 16
Menurutnya, hal itu juga terjadi di era Presiden ke-7 Joko Widodo atau Jokowi.
Meski demikian, Eks Menko Marves era Jokowi itu yakin pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap tak bergeser di level 5,2 persen year on year (yoy).
"Saya pikir Menteri Keuangan (Purbaya) sudah mengatakan dengan 5,2 (persen), mudah-mudahan 5,1 persen-5,2 persen (pertumbuhan ekonomi) bisa didapat," ujarnya dalam acara 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Optimism on 8% Economic Growth di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis 16 Oktober 2025.
Baca Juga: Meta Gelar Instagram Safety Camp, Dorong Keluarga Ciptakan Ruang Digital Aman untuk Remaja
"Ini tergantung sekarang dengan mazhab Menteri Keuangan (Purbaya)," imbuhnya.
Menurut Luhut, Purbaya memang menaruh perhatian terhadap kondisi pasar. Hal itu diketahui lantaran pernah melihat kerja saat keduanya bersama sejak di Kantor Staf Presiden (KSP).
Lantaran itu pula, Purbaya berani mengguyur Rp200 triliun ke lima bank BUMN.
Luhut pun mengaku sepakat dengan tindakan Purbaya. Menurutnya, selama ini berjalan beriringan, di mana Bank Indonesia (BI) justru malah menyerap kembali APBN yang dibelanjakan pemerintah.
Baca Juga: Lisa BLACKPINK Resmi Jadi Duta Pariwisata Thailand, Ditarget Dongkrak Kunjungan Wisman
Pemerintahan sebelumnya yang menerapkan gas dan rem bersamaan, kata Luhut, membuat M0 alias base money kering.