Keputusan Purbaya memicu reaksi negatif dari pasar.
Baca Juga: Suzuki Access 125 Resmi Meluncur di IMOS 2025: Skutik Retro Modern dengan Performa Handal
Investor menilai sikap ini berpotensi menekan ruang fiskal pemerintah, sehingga rupiah semakin tertekan.
Faktor Geopolitik: Ketegangan Rusia–AS
Selain faktor ekonomi, rupiah juga terdampak sentimen geopolitik.
Presiden AS Donald Trump pada Kamis, 25 September 2025, mengeluarkan pernyataan keras terhadap Rusia, mendorong negara-negara Eropa untuk tidak lagi membeli minyak dari Moskow.
Baca Juga: Itel Super 26 Ultra: Smartphone Layar AMOLED 3D Curved, Baterai Besar dan Pengisian Cepat
Trump bahkan mempertimbangkan sanksi baru yang menargetkan aliran energi Rusia.
Retorika ini meningkatkan kekhawatiran pasar akan potensi terganggunya suplai energi global.
Risiko geopolitik tersebut akhirnya menambah beban bagi mata uang emerging market, termasuk rupiah.
Kombinasi tekanan eksternal dan internal membuat rupiah kembali melemah di akhir pekan.
Baca Juga: KPK Geledah Rumah Gubernur Kalbar Ria Norsan dan Rumah Istrinya yang Jabat Bupati Mempawah
Sentimen rilis data inflasi PCE AS, sikap Menkeu Purbaya terkait tax amnesty, hingga ketegangan geopolitik global menjadi faktor utama yang menekan kurs rupiah ke Rp16.792 per dolar AS.
Ke depan, arah rupiah sangat bergantung pada hasil rilis inflasi AS dan sinyal kebijakan The Fed.
Pasar pun masih menunggu perkembangan geopolitik di Eropa yang bisa memicu volatilitas lebih lanjut.***