KONTEKS.CO.ID - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bikin heboh publik ekonomi. Menurutnya, mesin ekonomi Indonesia pincang dalam 20 tahun terakhir.
Ia membandingkan kondisi saat era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004–2014) dan Presiden Joko Widodo (2014–2024).
“Dalam 20 tahun terakhir ini, mesin ekonomi kita pincang, satu jalan sana swasta, di sini satu jalan hanya pemerintah,” kata Purbaya dalam acara Great Lecture Transformasi Ekonomi Nasional di Jakarta, yang dilansir pada Senin, 15 September 2025.
Menurutnya, ketidakseimbangan ini bikin pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung jalan di tempat, rata-rata hanya di kisaran 5 persen.
Baca Juga: KPK Segera Umumkan Tersangka Skandal Korupsi Kuota Haji Rp1 Triliun, PPATK Sudah Serahkan Data Panas
Era SBY: Swasta Ngebut Jadi Motor Utama
Di masa pemerintahan SBY, Purbaya bilang pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang sektor swasta. Kredit perbankan tumbuh pesat hingga 21 persen, sementara uang beredar (M0) rata-rata naik 17 persen.
“Zaman Pak SBY bangun infrastruktur sedikit kan, pertumbuhan ekonominya mendekati 5 persen rata-rata ya, pertumbuhan kreditnya 21 persen, M0-nya 17 persen,” jelasnya.
Singkatnya, meski pembangunan infrastruktur terbatas, ekonomi masih ngebut karena peran swasta begitu dominan.
Era Jokowi: Infrastruktur Gencar, Swasta Melambat
Kondisi berubah drastis di era Jokowi. Ekonomi lebih banyak digerakkan lewat pembangunan infrastruktur, tapi sektor swasta justru melempem.
Pertumbuhan hanya mendekati 5 persen, laju uang beredar turun drastis ke 7 persen bahkan sempat nyaris 0 persen.
“Dia bangun infrastruktur sebanyak apapun hanya menggerakkan government sector, private sectornya lambat atau berhenti makanya tumbuhnya hanya di bawah 5 persen,” kata Purbaya.
Selain itu, rasio utang pemerintah era Jokowi lebih tinggi, rata-rata 34,31 persen dari PDB, dibanding era SBY yang 31,65 persen.