KONTEKS.CO.ID - Pemerintah Indonesia menyatakan keyakinannya bahwa rencana investasi perusahaan teknologi asal Amerika Serikat, Apple Inc., untuk membangun fasilitas produksi AirTag di Batam senilai USD1 miliar atau setara Rp16 triliun, tetap berjalan sesuai skema awal.
Namun, pemerintah belum memberikan konfirmasi resmi terkait kelanjutan proyek tersebut pasca terjadinya revisi kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Riyatno, mengungkapkan bahwa Apple telah membeli lahan di Batam sebagai bagian dari rencana investasi tersebut. Hal itu menjadi dasar optimisme pemerintah bahwa perusahaan teknologi raksasa itu tidak akan menarik diri.
“Kami optimis bahwa investasi yang sudah direncanakan tetap dilanjutkan. Apalagi, Apple sudah membeli tanah untuk rencana pembangunan pabrik di Batam,” kata Riyatno kepada wartawan di Jakarta, yang dikutip pada Sabtu, 19 Juli 2025.
Apple diketahui akan membangun pabrik khusus untuk memproduksi perangkat pelacak pintar AirTag.
Fasilitas ini digadang-gadang sebagai bagian dari strategi diversifikasi rantai pasok global Apple di tengah tensi geopolitik AS–Tiongkok, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam rantai industri teknologi tinggi global.
Meski demikian, pemerintah belum memberikan pernyataan resmi bahwa proyek tersebut telah masuk tahap konstruksi atau produksi.
Ketika ditanya apakah rencana Apple terpengaruh oleh kesepakatan dagang terbaru Indonesia–AS, Riyatno hanya menegaskan bahwa pihaknya belum menerima sinyal penundaan atau pembatalan. “Kemungkinan besar akan diteruskan,” ujar Riyatno.
Sebelumnya, hubungan dagang Indonesia dan Amerika Serikat memasuki fase baru setelah Presiden Donald Trump dan Presiden Prabowo Subianto menyepakati revisi tarif dagang bilateral.
Dalam kesepakatan itu, produk-produk asal AS mendapat pembebasan tarif bea masuk ke Indonesia, sementara ekspor Indonesia ke AS akan dikenakan tarif bea masuk sebesar 19%, turun dari tarif sebelumnya 32%.
Baca Juga: Tiga Warga Meninggal saat Pesta Pernikahan Putranya, Dedi Mulyadi Terpukul dan Minta Maaf
Perubahan ini menimbulkan kekhawatiran di sejumlah kalangan bahwa iklim investasi teknologi bisa terpengaruh, terutama bila perusahaan-perusahaan AS menilai Indonesia kurang kompetitif dibanding negara tetangga seperti Vietnam atau India.