KONTEKS.CO.ID - Lembaga think tank Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengungkap adanya anomali ekonomi menjelang Lebaran 2025.
Indikator utama yang menunjukkan ketidakwajaran ini adalah melemahnya konsumsi rumah tangga, yang biasanya meningkat menjelang Ramadan dan Idulfitri.
Dalam laporan berjudul "Awas Anomali Konsumsi Jelang Lebaran 2025" yang dirilis pada 26 Maret 2025, CORE Indonesia menyoroti beberapa faktor utama yang menyebabkan fenomena ini, mulai dari tren deflasi, penurunan indeks penjualan ritel, hingga berkurangnya jumlah pemudik.
Baca Juga: Penayangan Knock Off Ditunda Imbas Skandal Kim Soo Hyun, Simak Fakta Menariknya!
Deflasi di Awal Tahun, Sinyal Pelemahan Daya Beli
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi pada Februari 2025, baik secara tahunan (-0,09%), bulanan (-0,48%), maupun year-to-date (-1,24%).
Meski inflasi inti masih berada di angka 2,48% secara tahunan, deflasi ini menjadi indikasi lemahnya daya beli masyarakat.
Biasanya, menjelang Ramadan, harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan akibat peningkatan permintaan.
Baca Juga: Cara Isi Ulang E-Toll Online Tanpa ke Minimarket
Namun, pada 2025, kelompok makanan, minuman, dan tembakau justru mengalami deflasi dengan andil -0,12% secara bulanan.
Hal ini berbeda dengan tren tahun-tahun sebelumnya yang selalu mengalami inflasi menjelang Ramadan.
Penurunan Penjualan Ritel dan Indeks Konsumsi
Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa Indeks Penjualan Ritel (IPR) pada Februari 2025 turun 0,5% (year-on-year/yoy), terutama dipengaruhi oleh penurunan penjualan makanan, minuman, dan tembakau (-1,7%).
Baca Juga: Dramatis, LeBron James Menangkan Lakers atas Pacers di Detik Terakhir
Tren ini juga terlihat dalam laporan pertumbuhan penjualan beberapa ritel besar:
-
Indomaret: Melambat dari 44,7% (2022-2023) menjadi hanya 4% pada 2024.