KONTEKS.CO.ID – Harga Liquefied Petroleum Gas (LPG) bersubsidi 3 kilogram (kg) yang seharusnya maksimal Rp 16.500 per tabung, kini dijual lebih mahal di pasaran, mencapai Rp30.000.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyoroti adanya penyimpangan distribusi yang menyebabkan harga LPG melonjak di masyarakat.
"Harga LPG 3 kg di masyarakat seharusnya tidak lebih dari Rp16.500 per tabung. Dari SPBE, Pertamina menjual ke agen seharga Rp 12.750, lalu ke pangkalan naik Rp1.500, sehingga harga akhirnya Rp16.000 hingga Rp16.500," ujar Bahlil dalam Indonesia Economic Summit, Kamis 20 Februari 2025.
Baca Juga: Penyebab Manchester City Kalah dari Real Madrid di Liga Champions Terungkap
Namun kenyataannya, banyak masyarakat membeli LPG 3 kg dengan harga Rp23.000 hingga Rp30.000.
Penyimpangan Distribusi LPG 3 Kg, Potensi Kerugian Rp30,4 Triliun
Bahlil mengungkapkan tiga faktor utama yang menyebabkan harga LPG 3 kg melonjak dan subsidi tidak tepat sasaran:
Pengurangan Berat LPG
Banyak tabung LPG 3 kg yang hanya berisi 2,7 kg. Potensi subsidi yang hilang akibat pengurangan ini mencapai Rp8,7 triliun per tahun.
Baca Juga: Polda Metro Tetapkan Nikita Mirzani Tersangka Kasus Pemerasan
Harga dari pangkalan ke pengecer pun naik hingga Rp8.000 per tabung.
Potensi subsidi yang tidak sampai ke masyarakat akibat mark up ini mencapai Rp17,4 triliun per tahun.
Penyalahgunaan LPG Subsidi
LPG 3 kg dioplos ke tabung non-subsidi dan digunakan oleh industri serta sektor horeka (hotel, restoran, dan kafe). Potensi kerugian akibat praktik ini mencapai Rp4,3 triliun per tahun.
"Jika dijumlahkan, potensi subsidi yang tidak tepat sasaran mencapai Rp30,4 triliun per tahun," tegas Bahlil.
Baca Juga: Jadwal Perempat Final Piala Asia U-20, Iran Vs Jepang Paling Dinanti
Pemerintah Berkomitmen Meluruskan Distribusi LPG, Bahlil menegaskan bahwa pemerintah akan melakukan perbaikan sistem distribusi agar subsidi benar-benar diterima oleh masyarakat miskin yang berhak.
"Sudah 17 tahun sistem ini berjalan. Saya tahu banyak pihak yang tidak nyaman dengan perubahan ini, tetapi saya berkomitmen untuk meluruskan persoalan ini," ujar Bahlil.