KONTEKS.CO.ID – Kenaikan harga BBM yang baru saja diumumkan pemerintah membuat terjadinya banyak antrian di sejumlah SPBU di Indonesia. Saat mendampingi Presiden Joko Widodo, Menteri ESDM, Arifin Tasrif dalam konferensi persnya disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube, Sekretariat Presiden menyebutkan penyesuaian harga untuk BBM subsidi.
Pertalite dari Rp7.650 perliter naik menjadi Rp10 perliter.Solar subsidi dari Rp5.150 rupiah perliter menjadi Rp6.800 perliter. Penyesuaian harga juga terjadi pada Pertamax Rp12.500 perliter menjadi Rp14.500 perliter.
Berikut pernyataan lengkap Menteri Keuangan Sri Mulyani yang turut dalam jumpa pers ini;
Bapak Presiden telah menyampaikan kepada masyarakat mengenai kenaikan subsidi yang disediakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Jadi tadi telah disampaikan bahwa anggaran subsidi yang selama ini dalam Perpres 98/2022 di mana pemerintah sudah menaikkan 3 kali lipat adalah dalam bentuk kenaikan subsidi untuk BBM dan elpiji dari tadinya hanya Rp77,5 triliun ke Rp149,4 triliun.
Sedangkan untuk listrik dari Rp 56,5 triliun naik ke Rp 59,6 triliun. dan kompensasi BBM dari 18,5 triliun menjadi Rp252,5 triliun. Dan kompensasi untuk listrik naik dari nol menjadi Rp41 triliun. Sehingga total subsidi dan kompensasi untuk BBM, elpiji, listrik, itu mencapai Rp502,4 triliun.
Angka Rp502,4 triliun dihitung berdasarkan rata-rata dari ICP yang bisa mencapai 105 USD per barel dengan kurs Rp14.700 rupiah per dolar AS dan volume dari pertalite yang diperkirakan akan mencapai 29 juta KL sedangkan volume solar bersubsidi adalah 17,44 juta KL.
Masyarakat saat ini bertanya karena harga minyak dalam sebulan terakhir agak mengalami penurunan. Kami terus melakukan penghitungan dengan harga minyak ICP yang turun ke 90 dolar sekalipun, maka subsidi masih akan atau harga rata2 setahun ICP masih di 98,8 USD atau hampir 99 USD. Atau kalaupun harga minyak turun sampai di bawah 90 USD maka keseluruhan tahun rata-rata ICP masih di 97 USD..
