Risiko lain yang turut diwaspadai adalah kerentanan sistem keuangan global akibat tingginya transaksi produk derivatif, khususnya yang dilakukan oleh hedge fund.
Menghadapi tantangan multidimensi ini, Perry menekankan bahwa sinergi antara otoritas moneter dan pemerintah adalah kunci utama untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Bank Indonesia berkomitmen untuk terus berinovasi dan merespons dinamika global dengan kebijakan yang pre-emptive dan forward looking.
"Dengan sinergi itu, InsyaAllah kinerja ekonomi Indonesia tahun 2026-2027 akan lebih baik," tutur Perry optimistis.
Ia berharap, dengan adanya Rupiah Digital, Indonesia dapat memiliki sistem pembayaran yang lebih tangguh dan mandiri di tengah gempuran digitalisasi global.
Transformasi digital ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, meningkatkan konsumsi dan investasi, serta menjaga inflasi tetap terkendali.***
Artikel Terkait
Soroti Adopsi Kripto di RI Peringkat 7 Dunia, BI Siapkan Tandingan Lewat Rupiah Digital Model Stablecoin
Purbaya: Pelaksanaan Redenominasi Rupiah Sepenuhnya di Bawah Otoritas BI
Gubernur BI Sebut Redenominasi Rupiah Butuh Waktu 6 Tahun, Ini Tahapannya
BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 4,75 Persen, Ini Alasan Dewan Gubernur
QRIS Melonjak 139 Persen dan BI-FAST Ngegas, Sistem Pembayaran Digital Kian Dominan