KONTEKS.CO.ID - Bank Indonesia merilis perkembangan terbaru indikator stabilitas nilai Rupiah pada periode 24–28 November 2025, di tengah dinamika ekonomi global dan domestik.
Pada penutupan perdagangan Kamis 27 November 2025, nilai tukar Rupiah berada di level Rp16.635 per dolar AS (bid).
Di saat yang sama, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun naik ke 6,27 persen.
Indeks dolar AS (DXY) melemah ke 99,56, sementara yield US Treasury Note 10 tahun turun ke 3,994%.
Memasuki awal perdagangan Jumat pagi, 28 November 2025, Rupiah sedikit menguat dan dibuka pada posisi Rp16.625 per dolar AS. Yield SBN 10 tahun tercatat stabil di 6,27 persen.
Bank Indonesia juga melaporkan perkembangan aliran modal asing pada minggu keempat November.
Baca Juga: Satgas Musnahkan 494 Karton Udang Reimpor Terkontaminasi
Premi credit default swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun turun menjadi 72,54 bps pada 27 November.
Sepanjang 24–27 November 2025, investor nonresiden membukukan beli neto sebesar Rp12,70 triliun.
Arus tersebut terdiri dari pembelian neto Rp2,01 triliun di pasar saham, Rp0,41 triliun di pasar SBN, dan Rp10,27 triliun pada instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Baca Juga: Inara Rusli vs Insanul Fahmi: Nikah Siri, Dicurhati Istri Sah, Akhirnya Mundur
Namun secara kumulatif sepanjang tahun berjalan hingga 27 November 2025, investor asing masih mencatat jual neto Rp26,41 triliun di pasar saham, Rp3,30 triliun di pasar SBN, dan Rp145,26 triliun di SRBI.
“Bank Indonesia menegaskan akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait,” kata Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia.
Artikel Terkait
FINE Institute Bongkar Risiko Redenominasi Rupiah: Bukan Sekadar Hapus Tiga Nol, Bisa Picu Kegagalan Nasional
Mensesneg Ingatkan APBN 2026 Jangan Asal Serap: Setiap Rupiah yang Dikeluarkan Harus Tepat Sasaran!
Pasar Beri Kejutan: Rupiah Menguat Saat The Fed Galau
Ekonomi Stabil dan Bursa Saham Hijau, Menkeu Purbaya Soroti Anomali Rupiah yang 'Keok'