KONTEKS.CO.ID – Ketua Umum (Ketum) Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC), Manik Marganamahendra, menegaskan, alasan Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa tak menaikkan cukai rokok karena akan memicu PHK besar-besaran hanyalah dalih untuk menekan kebijakan fiskal sehat.
“Justru sudah banyak studi membuktikan bahwa kenaikan cukai tidak berdampak terhadap pekerjaan," ujarnya di Jakarta, Selasa, 30 September 2025.
Penelitian industri manufaktur Indonesia menunjukkan bahwa dalam beberapa subsektor, termasuk produk tembakau, absorpsi tenaga kerja cenderung stagnan atau menurun karena efisiensi atau mekanisme produksi.
"Menunjukkan bahwa PHK lebih terpengaruh oleh teknologi dan efisiensi produksi, bukan sekadar tarif cukai,” ungkap Manik.
Ia menegaskan, setiap tahun Indonesia kehilangan ratusan juta tahun hidup sehat (QALYs) karena rokok.
"BPJS Kesehatan sampai harus keluar Rp15,6 triliun untuk menanggung penyakit akibat rokok di 2019," katanya di Jakarta, Selasa, 30 September 2025.
Sementara keluarga ekonomi kecil, lanjut dia, menghabiskan 12% gajinya hanya untuk membeli rokok, bukan makanan bergizi atau sekolah anak.
Ia juga mengingatkan rekomendasi WHO yang menyebut cukai rokok seharusnya membuat harga rokok minimal 70% lebih mahal agar efektif melindungi publik.
"Menunda kenaikan demi 'dialog industri' adalah sinyal bahwa kesehatan masyarakat belum menjadi prioritas," katanya.***
Artikel Terkait
Purbaya Pastikan Tarif Cukai Rokok Tidak Naik pada 2026, Fokus Jaga Daya Beli dan Perangi Rokok Ilegal
Di Depan Produsen, Menkeu Purbaya Sebut Batal Turunkan Tarif Cukai Rokok
Keputusan Purbaya Tak Naikkan Cukai Rokok Kontraproduktif dan Proindustri Rokok
FKBI Desak Purbaya Naikkan Cukai Rokok, Ini Alasannya
Berbagai Elemen Kirim Papan Bunga Protes Purbaya Tak Naikkan Cukai Rokok