• Senin, 22 Desember 2025

Terburuk dalam Sejarah, Jerman Dihantam Gelombang Kebangkrutan: 11.900 Perusahaan Kolaps di Semester I 2025

Photo Author
- Selasa, 1 Juli 2025 | 06:35 WIB
Bendera Jerman (unsplash.com)
Bendera Jerman (unsplash.com)

Konsumen pun Terpuruk

Tak hanya perusahaan, tingkat kebangkrutan konsumen juga mengalami lonjakan. Pada semester pertama 2025, tercatat 37.700 kasus kebangkrutan rumah tangga, naik 6,6% dibanding periode yang sama tahun lalu. Penyebab utamanya adalah kenaikan biaya hidup, pemangkasan upah, dan meningkatnya harga energi serta pangan pokok.

Rumah tangga kelas menengah kini menjadi kelompok paling rentan, di mana sebagian besar pengeluaran mereka tersedot untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti listrik, sewa, dan bahan makanan.

Harapan Bertumpu pada Investasi Raksasa

Pemerintah Jerman sejauh ini belum melihat adanya tanda pemulihan ekonomi yang nyata. Meski demikian, dana stimulus sebesar €500 miliar (sekitar Rp 9.518 triliun) yang sudah disiapkan untuk program investasi publik, pembangunan infrastruktur hijau, dan transformasi digital diharapkan mulai berdampak pada 2026 mendatang.

Baca Juga: Pemerintah dan PLN Mulai Hari Ini Melakukan Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik, Berlaku 1 Juli-31 September Tahun Ini!

Namun, sejumlah ekonom memperingatkan bahwa realisasi dan efektivitas program tersebut sangat tergantung pada stabilitas politik dan koordinasi lintas lembaga.

“Tanpa pembenahan struktural yang serius, dana sebesar apa pun tak akan cukup menyelamatkan Jerman dari spiral stagnasi,” kata Prof. Claudia Kemfert, ekonom senior dari German Institute for Economic Research (DIW Berlin), kepada Deutsche Welle.

Baca Juga: Pemerintah Longgarkan Impor 8 Komoditas, Termasuk Food Tray Demi Sukseskan Program MBG

Reformasi Struktural Jadi Kunci

Dalam kondisi saat ini, tekanan untuk melakukan reformasi struktural semakin besar. Para pengamat menilai sistem perpajakan, tenaga kerja, hingga kebijakan industri Jerman perlu disesuaikan dengan tantangan global baru, seperti transisi energi, ketegangan geopolitik, dan digitalisasi.

“Jerman perlu melakukan rekalibrasi total atas arah kebijakan ekonominya jika ingin keluar dari krisis ini dengan cepat,” pungkas Hantzsch. ***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Stok Aman, Pemerintah Putuskan Stop Impor Beras 2026

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:45 WIB
X