KONTEKS.CO.ID - Perusahaan teknologi finansial asal Indonesia, DigiAsia Corp, mencuri perhatian pasar modal Amerika Serikat setelah mengumumkan rencana agresif untuk mengakumulasi Bitcoin sebagai bagian dari strategi cadangan aset perusahaan.
Langkah ini langsung memicu lonjakan harga saham DigiAsia di bursa Nasdaq hingga 91 persen, sebelum akhirnya terkoreksi sehari setelahnya.
Dalam pengumuman resmi yang dirilis pada Senin, 19 Mei 2025, DigiAsia menyatakan akan menghimpun dana sebesar USD100 juta atau sekitar Rp1,64 triliun (kurs Rp16.420) guna mendanai pembelian Bitcoin pertamanya.
Dewan direksi juga menyetujui pembentukan cadangan perbendaharaan berbasis kripto, serta komitmen mengalokasikan hingga 50 persen dari laba bersih tahunan untuk investasi Bitcoin.
Langkah ini menempatkan DigiAsia sejajar dengan sejumlah perusahaan global yang telah lebih dulu menjadikan Bitcoin sebagai aset strategis jangka panjang, termasuk MicroStrategy, Strive Asset Management, hingga GameStop Corporation.
Baca Juga: Jadwal Liga 1 Pekan Terakhir Jumat-Sabtu, Penentu Tim Degradasi
Saham Naik-Turun, Minat Pasar Tetap Tinggi
Harga saham DigiAsia yang diperdagangkan dengan kode FAAS di Nasdaq sempat menembus USD0,36 pada awal pekan, melonjak tajam dari posisi sebelumnya. Namun, pada pembukaan perdagangan Selasa, 20 Mei 2025, saham terkoreksi ke USD0,28, turun 22%. Meski demikian, lonjakan awal menunjukkan respons positif pasar terhadap arah strategis baru DigiAsia.
Perusahaan yang didirikan oleh Alexander Rusli ini mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 36% pada tahun 2024, mencapai USD101 juta. Untuk tahun ini, DigiAsia menargetkan pendapatan naik menjadi USD125 juta dengan laba operasional sebesar USD12 juta.
DigiAsia menyebut sedang berdiskusi dengan sejumlah mitra teregulasi untuk menyiapkan strategi pengelolaan Bitcoin, termasuk kemungkinan memperoleh imbal hasil melalui staking dan pinjaman aset digital.
Baca Juga: Kapolri Mutasi 67 Pati Polri, Kapolda Sultra dan NTT Digeser
Tren Baru: Bitcoin sebagai Aset Perusahaan
DigiAsia bukan satu-satunya perusahaan yang mengadopsi Bitcoin dalam strategi perbendaharaannya. Menurut data Bitbo, lebih dari 3 juta Bitcoin saat ini dimiliki secara kolektif oleh berbagai perusahaan publik, dengan total nilai lebih dari USD340 miliar.
CEO Blockstream, Adam Back, bahkan memproyeksikan adopsi korporasi secara masif bisa mendorong kapitalisasi pasar Bitcoin tembus USD200 triliun dalam 10 tahun ke depan.
Langkah DigiAsia dinilai sebagai bagian dari gelombang baru perusahaan yang ingin memanfaatkan kelangkaan dan potensi pertumbuhan nilai Bitcoin dalam jangka panjang, di tengah meningkatnya adopsi kripto secara global.
Di sisi lain, harga Bitcoin per Selasa pagi, 21 Mei 2025 tercatat di level USD106.779 atau sekitar Rp1,75 miliar, naik 1,6 persen dalam 24 jam terakhir, menurut data dari CoinGecko. ***
Artikel Terkait
Bitcoin Anjlok Lagi! Apakah Ini Awal dari Bearish Panjang? Simak Analisanya!
Anak Donald Trump, Eric Trump Kerja Sama dengan HUT 8 Bikin Tambang Bitcoin
Anggota Parlemen Taiwan Usul 5 Persen Cadangan Devisa Dialokasikan ke Bitcoin
OJK Sambut Usulan Bitcoin Jadi Cadangan Strategis Danantara, Tapi Ingatkan Bahaya Jika Gegabah!
Harga Bitcoin Melemah Imbas Penurunan Peringkat Utang AS, Analis Optimistis Bisa Tembus USD138.000