dunia

Awas! Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura Dipicu Varian Baru KP.1 dan KP.2

Senin, 20 Mei 2024 | 20:10 WIB
Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengumumkan lonjakan signifikan kasus Covid-19. (Foto: reuters via firstpost)

KONTEKS.CO.ID - Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengumumkan lonjakan signifikan kasus Covid-19 selama periode 5-11 Mei 2024. Jumlah kasus meningkat dua kali lipat menjadi 25.900.

Peningkatan ini terpicu oleh penyebaran varian baru KP.1 dan KP.2, yang juga telah berdampak secara global.

Rata-rata pasien Covid-19 yang mendapat perawatan di rumah sakit juga mengalami peningkatan, mencapai 250 pasien per hari.

"Penyebaran varian baru secara global mulai berimbas ke Singapura," kata MOH dalam sebuah pernyataan resmi dikutip Senin, 20 Mei 2024.

Para ahli mencatat varian baru ini merupakan bagian dari keluarga varian yang dikenal sebagai FLiRT, yang telah menyebabkan ledakan kasus di Amerika Serikat.

FLiRT, akronim yang digunakan oleh para ahli, mencakup berbagai varian termasuk KP.2 dari KP dan JN.1.7 dari JN.

MOH melaporkan lebih dari dua pertiga kasus Covid-19 di Singapura sekarang terpicu oleh varian KP.1 dan KP.2.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan KP.2 sebagai varian yang tengah diawasi sejak 3 Mei 2024.

Meskipun varian baru ini belum menunjukkan gejala khusus yang berbeda, masa inkubasinya serupa dengan varian JN.1 dan varian Omicron sebelumnya, yakni sekitar lima hari sebelum muncul gejala.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat, gejala Covid-19 varian FLiRT meliputi:

  1. Demam atau menggigil

  2. Batuk

  3. Sakit tenggorokan

  4. Hidung tersumbat atau meler

  5. Sakit kepala

  6. Sesak napas

  7. Kelelahan

  8. Kehilangan indra perasa dan penciuman, tubuh terasa kurang kesadaran, hingga gejala gastrointestinal (sakit perut, diare ringan, dan muntah)


Untuk menghindari risiko terjangkit varian FLiRT, masyarakat disarankan untuk kembali menggunakan masker di luar ruangan, menghindari kerumunan, dan memastikan ventilasi ruangan yang baik.

Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health menyatakan, jenis varian yang menjangkit sebelumnya dapat mempengaruhi kekebalan seseorang terhadap varian FLiRT.

"Jika Anda baru terjangkit varian JN.1, maka potensi perlindungan terhadap seluruh varian FLiRT akan lebih tinggi, karena JN.1 dan FLiRT hanya memiliki satu atau dua perubahan asam amino yang berbeda," jelas para peneliti.

Namun, bagi mereka yang terjangkit varian yang lebih tua dari JN.1, perlindungan terhadap FLiRT tidak begitu besar.

Dengan demikian, masyarakat di seluruh dunia tetap harus waspada karena varian FLiRT ini berpotensi menyebabkan lonjakan kasus pada musim panas ini.

Meskipun gelombang ini masih tergolong lebih kecil, risiko tinggi varian FLiRT tetap mengintai kelompok yang lebih rentan, seperti lansia dan penderita komorbid.***

Tags

Terkini