dunia

Dokumen Strategi Keamanan Nasional Dikritik Netizen AS

Kamis, 13 Oktober 2022 | 17:48 WIB


KONTEKS.CO.IDDokumen Strategi Keamanan Nasional pertama kepresidenan Joe Biden yang dirilis Rabu 12 Oktober 2022 dijadikan bahan lelucon netizen yang mayoritas warga AS. Banyak komentar yang mengkritik bantuan AS ke Ukraina yang berlebihan.





Jordan Schachtel jurnalis keamanan nasional dan analis kebijakan luar negeri yang berbasis di Washington D.C menyindir dokumen tersebut yang menyebut Ukraina sebanyak 33 kali, perubahan iklim disebut 63 kali. Adapun transisi energi dimention sebanyak  11 kali, China disebut 14 kali dan Rusia sebanyak 71 kali. Inklusi dimention sebanyak 24 kali dan keberagaman 16 kaLI.





Akun yang memiliki pengikuti lebih dari 200 ribu ini menyindir setidaknya mereka tahu apa prioritas pemerintahan Biden.






https://twitter.com/JordanSchachtel/status/1580258951257432064?s=20&t=5sHdvOuE70g_VaBfaLwcHg




Selain itu ia juga mengomentari pernyataan menteri keuangan Janet Yellen yang mengatakan akan memberikan tambahan $4,5 miliar dana pembayar pajak ke Ukraina dalam beberapa minggu mendatang. Uang itu akan digunakan untuk membayar gaji pejabat dan birokrat Ukraina. Ini benar-benar Afghanistan 2.0.





Postingan lainnya mengatakan “Mereka menyebut ini sebagai "dukungan anggaran". Ini lebih baik dipahami sebagai suap. Mereka tahu bahwa jika mereka tidak menyuap Kiev, mereka mungkin akan berbelok ke timur untuk mencari dana, yang terjadi pada tahun 2014. Jika uangnya habis, Ukraina akan dipaksa untuk bernegosiasi dengan tetangga mereka.”





Netizen lainnya menimpali, “Situasi anggaran Ukraina memang mengerikan. Pemerintah bangkrut dan tidak dapat membayar pinjaman mereka. Sebagian besar uang akan digelapkan oleh pejabat Ukraina. Rezim itu sangat korup sehingga bahkan tidak berkelanjutan sebelum perang, dan mengandalkan dana dari luar untuk menopangnya.”





Salah seorang pengguna twitter turut berkomentar, ”Apa peluang kita melihat putaran kedua kenaikan gaji untuk pejabat pemerintah Ukraina? Mereka selalu bisa menyalahkan inflasi Putin.”


Halaman:

Tags

Terkini