KONTEKS.CO.ID - Mantan Wakil Presiden AS, Kamala Harris, mengatakan, dirinya kemungkinan akan mencalonkan diri kembali sebagai presiden pada tahun 2028.
"Saya belum selesai. Saya telah menjalani seluruh karier saya sebagai pelayan dan itu sudah tertanam dalam diri saya," ujarnya kepada BBC dalam sebuah wawancara, mengutip Minggu 26 Oktober 2025.
Harris mengatakan, cucu-cucu perempuannya pasti akan melihat seorang presiden perempuan di Gedung Putih seumur hidup mereka dan menambahkan bahwa "kemungkinan" itu adalah dirinya.
Baca Juga: Ragam Fakta Menarik Sumpah Pemuda 1928, dari Ikrar tanpa Judul hingga Dibikin Satu Orang
Dirinya memang belum membuat keputusan akhir apakah akan mencalonkan diri ke Gedung Putih, tetapi menekankan bahwa ia masih melihat masa depan politik untuk dirinya sendiri.
Harris juga menyebut Presiden Donald Trump sebagai "tiran" dengan mengatakan bahwa Trump akan menjadikan Departemen Kehakiman sebagai senjata, dan memang ia telah melakukannya.
Pilpres AS 2028
Persaingan untuk menjadi kandidat presiden 2028 kemungkinan akan menentukan arah baru bagi Partai Demokrat. Mereka telah berjuang dengan beberapa angka popularitas bersih terendah sejak kehilangan Dewan Perwakilan Rakyat AS, Senat AS, dan Gedung Putih dari Trump dalam pemilihan tahun lalu.
Jajak pendapat menunjukkan hasil yang beragam terkait prospek potensial Harris untuk mencalonkan diri sebagai presiden mendatang.
Jajak pendapat Noble Predictive Insights terbaru, yang dilakukan antara 2 dan 6 Oktober, menunjukkan bahwa Harris memimpin di kubu Demokrat dengan dukungan dari 33% Demokrat, dan 27% independen.
Namun, survei Politico-Citrin Center-Possibility Lab, yang dilakukan antara 31 Juli dan 11 Agustus, menempatkan Gubernur California Gavin Newsom di depan dengan dukungan 25% dari Demokrat dan independen, dibandingkan 19% yang diraih Harris.
Analisis yang dilakukan oleh lembaga survei Lakshya Jain pada hari Jumat menunjukkan Harris memiliki salah satu tingkat ketidaksukaan tertinggi di antara para petinggi Partai Demokrat. 54% mengatakan mereka memiliki pandangan yang agak atau sangat tidak menyukai Harris.
Hanya Harris mengatakan ia tidak terpengaruh oleh jajak pendapat. "Jika saya mendengarkan jajak pendapat, saya tidak akan mencalonkan diri untuk jabatan pertama saya, atau jabatan kedua saya - dan saya pasti tidak akan duduk di sini," ujarnya kepada BBC.
Baca Juga: Museum Sumpah Pemuda, Rumah Kos Bersejarah di Kramat Raya 106