KONTEKS.CO.ID - Momen 2025 menjadi periode munculnya sejumlah gencatan senjata di berbagai wilayah konflik, mencerminkan upaya internasional untuk meredakan ketegangan geopolitik yang kian memanas.
Meski tidak selalu menjanjikan perdamaian jangka panjang, serangkaian kesepakatan penghentian tembak-menembak mulai berlaku di Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika Utara.
Dalam banyak kasus, campur tangan negara penengah seperti Amerika Serikat, Qatar, dan Oman menjadi kunci tercapainya jeda kekerasan.
Satu di antara gencatan paling disorot adalah antara Israel dan Iran, yang diumumkan pada 24 Juni 2025.
Baca Juga: Resmi, Presiden Iran Mengumumkan Gencatan Senjata dengan Israel
Setelah 12 hari konflik terbuka, mediasi intensif dari AS dan Qatar berhasil memaksa kedua negara sepakat menahan diri.
Meski sempat terjadi pelanggaran di awal kesepakatan, situasi dinilai relatif tenang dengan menurunnya aktivitas militer dan serangan rudal.
Gencatan lain yang mencuri perhatian terjadi di Laut Merah, antara Amerika Serikat dan kelompok Houthi di Yaman.
Baca Juga: Ledakan Mengguncang Iran Usai Presiden AS Donald Trump Umumkan Gencatan Senjata dengan Israel
Kesepakatan yang berlaku sejak awal Mei bertujuan menghentikan serangan lintas laut, terutama terhadap kapal-kapal AS dan Inggris.
Namun, kelompok Houthi secara eksplisit menyatakan bahwa kesepakatan tersebut tidak berlaku untuk Israel, menandakan adanya batas dalam implementasi kesepahaman damai.
Sementara, rivalitas klasik India dan Pakistan kembali diredam lewat gencatan senjata yang disepakati pada 11 Mei lalu.
Baca Juga: Menlu Iran Bantah Klaim Presiden Trump soal Gencatan Senjata, Begini Pernyataannya
Inisiatif ini disambut baik oleh komunitas internasional, termasuk China, Mesir, dan Uni Eropa.