KONTEKS.CO.ID - Pemakaman seorang Paus dalam tradisi Katolik bukan sekadar prosesi duka, melainkan sebuah rangkaian suci penuh simbol dan nilai historis.
Ya, wafatnya Paus Fransiskus menjadi sorotan dunia.
Tak hanya lantaran perannya sebagai pemimpin spiritual bagi lebih dari satu miliar umat Katolik, tetapi juga karena prosesi yang menyertainya sarat makna.
Baca Juga: Daftar Tanggal Merah di Kalender Mei 2025, Catat Jadwal Liburnya!
Berbeda dari pemakaman tokoh pada umumnya, pemakaman seorang Paus melibatkan berbagai ritual mendalam, yang mengakar dalam sejarah panjang Gereja Katolik.
Salah satu tradisi paling mencolok dan sering kali menimbulkan rasa penasaran adalah penggunaan tiga lapis peti mati.
Segera setelah seorang Paus wafat, Gereja Katolik memasuki periode yang disebut sede vacante—masa kekosongan takhta suci.
Dalam waktu yang sangat singkat, berbagai langkah protokoler langsung dilaksanakan.
Tugas pertama berada di tangan Camerlengo Gereja Roma Suci, yang saat ini dijabat oleh Kardinal Kevin Farrell.
Ia memiliki peran penting dalam mengonfirmasi kematian sang Paus secara resmi.
Sesuai tradisi kuno, Camerlengo memanggil nama baptis Paus sebanyak tiga kali.
Baca Juga: Preview Getafe Vs Real Madrid: Misi Krusial Los Blancos Jelang Final Copa del Rey
Jika tak ada jawaban, ia dengan khidmat menyatakan, “Paus benar-benar telah tiada.”