• Minggu, 21 Desember 2025

Pertemuan Puncak Arab-Islam: Cuma Bisa Mengecam, Negara Arab Tolak Sanksi Israel

Photo Author
- Selasa, 12 November 2024 | 15:46 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) saat berbicara dalam pertemuan puncak Arab-Islam di Riyadh. Foto: Tangkapan layar Al Jazeera
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) saat berbicara dalam pertemuan puncak Arab-Islam di Riyadh. Foto: Tangkapan layar Al Jazeera

KONTEKS.CO.ID - Seperti bisa kita tebak, pertemuan puncak Arab-Islam hanya berisi kecaman demi kecaman terhadap Zionis Israel.

Namun mereka menolak melakukan langkah nyata menghentikan genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza dan rakyat Libanon.

Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) telah menuntut agar Israel segera menghentikan agresi militernya di Gaza dan Libanon. Tuntutan itu ia sampaikan pada pembukaan pertemuan puncak para pemimpin Arab dan Muslim di Riyadh.

Dalam pidatonya di hadapan pertemuan puncak gabungan Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada hari Senin, MBS mengutuk pembantaian yang dilakukan terhadap warga Palestina dan Libanon".

Ia mendesak Israel untuk menahan diri dari tindakan agresi lebih lanjut. MBS juga meminta negara-negara di seluruh dunia untuk mengakui negara Palestina.

Ahmed Aboul Gheit, Sekretaris Jenderal Liga Arab, juga bergabung dengan MBS dalam mengutuk operasi militer Israel di Gaza dan Libanon. Ia mengatakan kata-kata tidak dapat mengungkapkan penderitaan rakyat Palestina.

"Tindakan yang diambil oleh Israel terhadap rakyat Palestina merusak upaya untuk mencapai perdamaian abadi. Hanya dengan keadilan kita akan mampu membangun perdamaian abadi," ucap Aboul Gheit.

"Dunia tidak bisa menutup mata terhadap kekerasan Israel," tegasnya lagi.

Pertemuan Puncak Arab-Islam: PM Libanon Khawatir Negara Hilang di Peta Dunia


Perdana Menteri Libanon, Najib Mikati, pada pertemuan puncak itu mengatakan, negaranya tengah menderita krisis "yang belum pernah terjadi sebelumnya". Ini mengancam keberadaan Libanon, karena Israel melancarkan perang terhadap Hizbullah.

"Libanon tengah mengalami krisis historis dan eksistensial yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini mengancam masa kini dan masa depannya," katanya.

Sementara itu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian tidak menghadiri pertemuan itu karena "masalah eksekutif" yang mendesak.

Namun, Wakil Presiden Pertama Iran Mohammad Reza Aref mengutuk pembunuhan Israel terhadap para pemimpin Hamas dan Hizbullah sebagai "terorisme terorganisasi" dalam sambutannya di pertemuan puncak itu.

“Operasi yang dikonseptualisasikan dengan frasa yang menipu ‘pembunuhan yang ditargetkan’, dan di mana eliet Palestina dan para pemimpin negara lain di kawasan itu terbunuh satu per satu atau secara massal. Ini tidak lain adalah pelanggaran hukum dan terorisme yang terorganisasi,” tudingnya.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, dan Presiden Nigeria Bola Tinubu juga menghadiri pertemuan puncak tersebut.

Dalam pernyataan penutup pada hari Senin, para pemimpin yang berkumpul mengatakan bahwa mereka mengutuk keras tindakan tentara Israel dalam konteks kejahatan genosida. Terutama di Jalur Gaza utara selama beberapa minggu terakhir. Mereka meyebutnya penyiksaan, eksekusi, penghilangan paksa, dan “pembersihan etnis”.

Pernyataan itu juga mengutuk upaya untuk memperkuat cengkeraman Israel di Yerusalem timur yang Israel duduki. Mereka menyebutnya sebagai “ibu kota abadi” wilayah Palestina, dan menyerukan penyatuan Tepi Barat yang Israel duduki, Jalur Gaza, dan Yerusalem timur di bawah negara Palestina.

“Kami menegaskan kembali kedaulatan penuh negara Palestina atas Yerusalem Timur yang Israel duduki, ibu kota abadi Palestina. Dan menolak segala keputusan atau tindakan Israel yang bertujuan untuk meyahudikannya dan mengonsolidasikan pendudukan kolonialnya atas kota tersebut,” kata pernyataan penutup pertemuan puncak tersebut.

Negara Arab Tak Berani Putus Hubungan Diplomatik ke Israel


Pertemuan puncak tersebut diadakan setahun setelah pertemuan serupa di Riyadh antara Liga Arab yang berpusat di Kairo dan OKI yang berpusat di Jeddah. Di mana para pemimpin mengecam tindakan Israel di Gaza sebagai “biadab”.

Namun, laman Al Jazeera melaporkan, para pemimpin negara Arab tidak dapat menyetujui tindakan terhadap Israel. Meskipun ada seruan untuk memutuskan hubungan ekonomi dan diplomatik dengan negara tersebut atau mengganggu pasokan minyaknya. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Terkini

X