KONTEKS.CO.ID – Organisasi bantuan Jerman menuduh pemerintah negara itu menghalangi bantuan medis yang sangat anak Gaza butuhkan.
Sebelumnya, sekitar 40 fasilitas medis di Jerman telah menyatakan kesediaannya untuk merawat anak-anak dari Gaza. Bahkan mereka menanggung semua biaya perawatan.
Namun, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Dalam Negeri Jerman justru menghalangi upaya ini. Alasannya, hal itu terkait dengan masalah keamanan.
Melansir lembaga penyiaran publik ARD, organisasi bantuan seperti Refugees Foundation yang berbasis di Cologne, bersama dengan LSM lain dan Perkumpulan Bedah Plastik Jerman, telah berkomitmen untuk memberikan bantuan medis tersebut.
Mereka bahkan telah mengorganisir sumbangan untuk penerbangan, permohonan visa, dan penggantian penuh biaya rumah sakit.
Namun, kampanye ini harus terhenti sementara karena kementerian tidak mendukung masuknya satu orang dewasa pendamping per anak.
Pemerintah Jerman menyatakan, ibu atau ayah dari anak-anak Gaza yang terluka yang menemani mereka untuk perawatan medis dapat menimbulkan potensi risiko keamanan.
Menurut pemerintah, pendamping-pendamping ini mungkin mendukung atau bersimpati dengan Hamas, kelompok Palestina yang terlibat dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober di Israel.
"Saya tidak bisa menjelaskan mengapa negara-negara lain bisa mengatur hal ini dan mengapa kami di Jerman menyerah dengan membawa 20 anak dengan pendamping selama tiga bulan," kata Daniela Neuendorf dari Refugees Foundation.
Dia menambahkan, negara-negara Eropa seperti Italia telah menerima anak-anak dari Gaza dengan pendampingan orang dewasa.
Organisasi bantuan dan rumah sakit Jerman masih berharap kampanye mereka untuk merawat anak-anak Gaza tidak akan gagal.
Mereka saat ini sedang melakukan pembicaraan dengan kementerian untuk melihat apakah orang yang mendampingi dapat izin memasuki negara tersebut dalam kasus-kasus luar biasa.
Negosiasi dengan pihak berwenang Jerman telah berlangsung selama beberapa bulan. Daftar anak-anak yang akan dievakuasi telah berubah berulang kali.
Organisasi-organisasi bantuan mengatakan beberapa anak-anak terluka yang menunggu telah meninggal.***