KONTEKS.CO.ID - Serangan balasan Ukraina diejek Rusia karena diklaim kalah total dan tak berdampak. Namun sejatinya Kiev belum melakukan pukulan terbesarnya.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Maliar, mengatakan, pasukan Kiev dan pasukan Moskow terlibat dalam 'duel yang sulit'. Rusia mengerahkan segalanya ke dalam pertempuran.
Tetapi Hanna Maliar menegaskan, "pukulan terbesar" dalam kampanye serangan balasan Ukraina terhadap pasukan Rusia belum datang. Hanya diakuinya operasi itu sulit karena Moskow berusaha semaksimal mungkin mencegah pasukannya maju terus.
Ukraina memulai tahap pertama dari serangan balasan yang telah lama dikabarkan dua pekan lalu untuk merebut kembali tanah yang diduduki oleh pasukan Rusia.
Tetapi di tengah laporan kemajuan yang lambat oleh pasukan Ukraina dan perlawanan keras oleh Rusia, para pejabat di Moskow mengklaim serangan Ukraina telah gagal.
Pukulan Besar
Militer Ukraina, yang tetap diam tentang kampanye secara umum, mengumumkan pada hari Senin bahwa kemenangan kecil telah dicapai/ Delapan desa dibebaskan sejauh ini, bersama dengan wilayah sekitar 113 km persegi (70 mil persegi).
“Pukulan terbesar belum datang,” kata Maliar, disitat laman Al Jazeera, Selasa 20 Juni 2023..
“Operasi yang sedang berlangsung memiliki beberapa tujuan, dan militer memenuhi tugas ini,” tulisnya di aplikasi perpesanan Telegram.
“Musuh tidak akan dengan mudah menyerahkan posisi mereka, dan kita harus mempersiapkan diri untuk duel yang sulit,” katanya. “Faktanya, itulah yang terjadi sekarang.”
Putin: Serangan Balasan Tak Ada Artinya
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan pada akhir pekan lalu, bahwa serangan balasan Ukraina tidak memiliki keberhasilan yang berarti.
Beberapa blogger militer Rusia mengatakan, Kiev hanya memperoleh keuntungan kecil dengan mengorbankan kerugian besar pasukan dan peralatan.
Meskipun tidak mungkin untuk secara independen memverifikasi operasi militer di sepanjang titik paling kontroversial di garis depan, kantor berita Reuters dapat mengonfirmasi bahwa pasukan Ukraina telah maju pada fase awal serangan balasan.
Institute for the Study of War (ISW), sebuah think tank yang berbasis di Washington DC, mengutip sumber pada hari Minggu mengatakan, pasukan Ukraina mungkin menghentikan sementara operasi serangan balasan untuk "mengevaluasi kembali taktik mereka untuk operasi di masa depan".
ISW juga menegaskan kembali bahwa kampanye serangan balasan utama belum dimulai.
“ISW sebelumnya telah mencatat bahwa Ukraina belum mengerahkan sebagian besar pasukannya yang tersedia untuk operasi kontra-ofensif dan belum meluncurkan upaya utamanya,” kata ISW dalam analisis situasi hariannya.
“Jeda operasional adalah fitur umum dari upaya ofensif besar, dan jeda ini tidak menandakan akhir dari serangan balasan Ukraina,” katanya.
Dalam pidato video malamnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menggambarkan serangan militer sebagai "situasi tekanan". Situasi di mana pasukan Ukraina tidak membiarkan tekanan terlepas dari fokus pada pasukan Rusia.
“Di beberapa daerah, prajurit kami bergerak maju, di beberapa daerah mereka mempertahankan posisi mereka dan melawan serangan penjajah dan serangan intensif,” kata Zelenskyy.
“Kami tidak kehilangan posisi. Hanya yang dibebaskan. Mereka hanya mengalami kerugian,” katanya.
Posisi Pasukan Moskow
Para pejabat dari dua negara anggota NATO mengatakan Moskow mengerahkan kembali sebagian pasukannya untuk memprediksi di mana Ukraina akan menyerang.
Pejabat intelijen Inggris dan Estonia mengatakan bahwa Rusia telah memindahkan beberapa pasukan ke timur di sepanjang garis depan dari daerah selatan Sungai Dnipro yang dibanjiri oleh penghancuran bendungan pembangkit listrik tenaga air Kakhovka yang besar pada 6 Juni.
Secara keseluruhan, militer Ukraina mengatakan serangan balasannya berjalan sesuai rencana, tetapi pada saat yang sama mengakui "situasi sulit" di garis depan.
Di selatan negara itu, Panglima Tertinggi Ukraina Valerii Zaluzhnyi menulis di Telegram pada hari Senin bahwa kemajuan Ukraina terhambat oleh benteng, ladang ranjau yang padat, dan "sejumlah besar cadangan" tetapi operasi akan tetap sesuai jadwal.
Dalam sebuah video, dia juga memperlihatkan dirinya bersama Kepala Staf Umum Serhiy Shaptala di sebuah pusat komando dekat garis depan.
Dengan unggahan ini, Zaluzhnyi kemungkinan besar juga melawan rumor di media pemerintah Rusia, yang berulang kali mengklaim bahwa dia terluka parah dalam serangan rudal pada bulan Mei. ***