KONTEKS.CO.ID – Upaya Meta Platforms mengembangkan chatbot AI sensitif budaya memicu perdebatan serius soal privasi dan etika.
Dokumen internal yang bocor menunjukkan, pelatihan AI perusahaan ini melibatkan data percakapan nyata pengguna, termasuk obrolan pribadi, yang menimbulkan kekhawatiran publik.
Penggunaan data pengguna secara langsung menjadi sorotan di tengah pengawasan ketat pemerintah berbagai negara.
Baca Juga: Meta Bayar Pengembang AI Rp900 Ribu per Jam untuk Garap India dan Indonesia
Praktik ini dianggap berisiko, terlebih Meta pernah menghadapi kontroversi serupa terkait perlindungan data pribadi.
Meta belakangan juga memperketat aturan chatbot dengan melarang percakapan terkait isu sensitif seperti menyakiti diri sendiri atau hubungan asmara dengan anak di bawah umur.
Langkah itu diambil setelah adanya desakan dari senator Amerika Serikat.
Baca Juga: Komdigi Panggil TikTok dan Meta Soal Demo DPR yang Ricuh, Ini Alasannya
Di sisi lain, perusahaan ini tengah membangun tim superintelligence dengan merekrut talenta dari Google DeepMind dan Scale AI.
Namun, langkah itu justru memicu gesekan internal, ketika sebagian peneliti kabarnya mempertimbangkan keluar dan pindah ke startup.
Investasi besar pun digelontorkan. Menurut laporan TechCrunch, Meta memproyeksikan belanja hingga USD72 miliar atau sekitar Rp1.182 triliun pada 2025 untuk pusat data dan server.
Baca Juga: Meta Kenalkan fitur Baru WhatsApp, Bisa Apa saja?
Namun, tanpa mitigasi yang kuat terhadap isu privasi, dana jumbo itu bisa berujung sia-sia.
Pengamat menilai, Meta berada dalam dilema antara inovasi dan etika.
Artikel Terkait
Meta Uji Coba Fitur Edit Foto dengan Meta AI di WhatsApp
Eminem Tuntut Instagram dan Facebook Rp1,7 Triliun Usai Berseteru dengan Meta: Pelanggaran Bertahun-tahun
Meta Kenalkan fitur Baru WhatsApp, Bisa Apa saja?
Bisa Bicara Banyak Bahasa! Meta Uji Coba Fitur AI Penerjemah Reels dengan Lip Sync Realistis