KONTEKS.CO.ID - Menatap kehancuran yang tersisa di desanya, Fitriati hanya bisa dilanda putus asa.
Banjir besar yang melanda wilayahnya di Sumatra telah merenggut ratusan nyawa dan memporak-porandakan permukiman.
“Baru kali ini banjir separah ini. Dulu pernah banjir, tapi tidak seburuk sekarang,” ujar perempuan berusia 40 tahun itu.
Baca Juga: Spesifikasi Vivo S50 Pro Mini: Flagship Kompak dengan Performa Tinggi
Hujan monsun yang mengguyur berhari-hari memang memporakporandakan semuanya.
Dari lebih dari 300 korban jiwa akibat cuaca ekstrem yang tercatat dalam sepekan terakhir, sedikitnya 54 orang meninggal dunia di Aceh, tempat Fitriati tinggal.
Di Aceh itu hampir 50 ribu keluarga terpaksa mengungsi akibat banjir dan longsor.
Baca Juga: Accord Tertabrak KA Mutiara Timur, Empat Penumpang Tewas di Beji Pasuruan
Bagi sebagian warga, bencana ini kembali membuka luka lama dari tsunami 2004 yang meluluhlantakkan Aceh dan menewaskan lebih dari 170 ribu orang di provinsi itu saja.
“Saat itu yang terpikir hanya bagaimana menyelamatkan diri. Kami sangat takut. Sangat takut,” kata Maulidin, warga Aceh Utara berusia 41 tahun, seperti dikutip dari AFP.
Fitriati sedang tidur ketika banjir datang pada Rabu malam.
Baca Juga: Bandara Antariksa Biak Kian Terwujud, BRIN Beberkan Progres dan Rencana Besar ke Depan
Setelah mendengar gemuruh air dari sungai dekat rumah, ia langsung membangunkan keluarganya dan menyelamatkan diri ketika melihat air naik dengan cepat.
“Rumah saya sudah hancur, semua barang rusak, dan lumpur masuk ke dalam,” tuturnya.