KONTEKS.CO.ID - Peneliti ISEAS, Made Supriatma ikut bersuara terkait kebijakan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi mengirim siswa nakal ke barak militer TNI.
Awalnya, Made menyinggung Indonesia yang selalu punya cara instan untuk hal apa saja, termasuk pendidikan. Dia menyebutnya sebagai 'Latihan Preman'.
Cara instan itu, kata dia. adalah cara 'yang penting tujuan tampak tercapai secara cepat.'
"Ini kita lihat di semua lini. Khususnya pada rejim Prabowo-Gibran yang berkuasa sekarang ini. Banyak stunting? Kasih makan gratis. Tidak hanya yang stunting yang dikasih makan, yang obesse atau kegendutan juga. Dan makanan itu diklaim bergizi," tutur Made dalam unggahan di akun Facebook miliknya, @Made Supriatma menukil Sabtu, 3 Mei 2025.
Hal tersebut, kata dia, dilakukan oleh 'gubernur konten', yang kemungkinan merupakan gubernur paling populer di Indonesia saat ini.
"Dedi Mulyadi, gubernur Jawa Barat yang kabarnya digadang-gadang untuk jadi calon presiden 2029 jika Prabowo tidak mencalonkan diri lagi, juga punya cara instan," imbuhnya.
Dedi, kata Made, ingin anak-anak SMA tertib dan disiplin dengan cara mengirim tentara ke sekolah-sekolah.
"Anak-anak sekolah nakal? Kirim mereka ke barak-barak tentara. Seolah-olah begitu masuk barak tentara, anak-anak ini akan jadi anak baik, patuh, dan disiplin," ujarnya.
"Nggak tahu siapa yang jadi model baik, patuh, dan disiplin. Mungkin Dedi Mulyadi sendiri? Yang entah kapan kerjanya karena ada di media sosial terus menerus mengkampanyekan dirinya. Mungkin itu yang dia sebut kerja: disiplin mengunggah konten beberapa kali sehari," sambungnya.
Menurut Made, barak tentara bukanlah lembaga pendidikan.
Baca Juga: Drama Handball Jay Idzes: Kontroversi Penalti Warnai Hasil Imbang Venezia vs Torino
"Untuk seorang anak menjadi baik -- itu pun perlu definisi tersendiri. Banyak anak menjadi 'nakal' karena mereka tidak ada sesuatu yang dikerjakan. Sekolah-sekolah membosankan karena di(h)ajar oleh guru-guru yang tidak kompeten. Pelajaran-pelajaran tidak menarik," tuturnya.