KONTEKS.CO.ID - Nama Wakiyem atau Mbok Yem sudah menjadi bagian dari sejarah Gunung Lawu. Keberadaannya begitu melekat di kalangan para pendaki di gunung itu.
Sosok yang sederhana, hangat, dan penuh semangat, membuatnya tak sekedar sekadar sebagai penjaga warung.
Dia adalah ibu para pendaki, penjaga Hargo Dumilah, yang telah usai melakukan perjalanan panjang untuk menjaga titik tertinggi Gunung Lawu.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari ini Turun Rp22 Ribu ke Rp1.969.000 per Gram
Sebelum Sang Khalik memanggil, Mbok Yem memang telah mengambil keputusan besar untuk meninggalkan puncak gunung dan menetap di rumah bersama keluarga tercinta.
Keputusan itu diambil sebelum Hari Raya Idulfitri 2025, menyusul kondisi kesehatannya yang terus menurun.
Tapi menurut Syaiful Bahri, cucu Mbok Yem, bisa membawa turun neneknya dari gunung untuk kembali ke kediamannya di Dusun Dagung, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, buka perkara mudah.
Baca Juga: Sidang Perdana Gugatan Jokowi Terkait Esemka dan Ijazah Digelar Hari Ini
Meski kesehatannya terus menurun, Mbok Yem tetap ingin berada di Hargo Dumilah untuk melayani pendaki. Tapi akhirnya, Wakiyem bersedia pulang setelah sejak tahun 1980-an ada di Gunung Lawu.
Karena kesehatannya terus menurun, beliau harus menjalani perawatan intensif selama hampir tiga minggu di RSU Aisyiyah Ponorogo. Dokter menyatakan ada komplikasi sejumlah penyakit di tubuh wanita berusia 82 tahun itu.
“Setelah dirawat, kondisi Mbok Yem sempat menunjukkan perbaikan. Namun, beberapa hari setelah Lebaran, kesehatannya kembali melemah,” kata Syaiful di rumah duka, Rabu malam 23 April 2025.
Ia menjelaskan bahwa dalam beberapa hari terakhir, kondisi almarhumah sempat terlihat membaik. Bahkan bisa berkomunikasi dan makan seperti biasa.
Baca Juga: Bos Lippo Group James Riady Janji Bereskan Masalah Meikarta: 'Kami Ikut Arahan Menteri'
Namun, menjelang siang hari pada hari kepergiannya, kondisinya tiba-tiba menurun drastis hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 14.00 WIB.