KONTEKS.CO.ID - Menjadi tunanetra bukan halangan bagi Triyanto untuk mencetak generasi muda berakhlak islami. Bahkan setiap hari dia harus menempuh jarak pergi-pulang sejauh 70 km dengan kondisi fisik terbatas hanya untuk mendidik muridnya.
Triyanto adalah adalah guru tunanetra (disabilitas) di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Sleman, DIY. Atas kegigihannya itu, dia menjadi salah satu finalis Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Tahun 2022.
Dia pun menuturkan aktivitas kesehariannya dalam menjalankan amanah sebagai guru dengan kondisi tak bisa melihat.
“Bapak-Ibu mungkin heran mengapa saya harus diantar di tempat ini, karena terang benderangnya ruangan ini tak berarti apa-apa bagi saya. Saya seorang tunanetra sejak usia tujuh tahun," tutur Triyanto di hadapan finalis Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Tahun 2022 lainnya di Jakarta, dikutip di laman Kemenag, di pengujung bulan lalu.
Baca Juga: Indonesia Raih Juara di Cheerleading Japan Open Championship 2025, Lawan 93 Atlet Dunia
Diceritakannya, tahun 2009 dia menjadi guru di SLB selama 10 tahun. Kemudian, pada 2019 diumumkan sebagai ASN dan dialokasikan di MAN 4 Sleman. Di sana dia mengajar sebagai guru Sejarah Kebudayaan Islam atau SKI.
Bukan hanya masalah penglihatan yang harus dihadapi saat mengajar, tapi panjangnya perjalanan dari rumah ke madrasah lumayan jauh yakni 35 km satu kali jalan. Dengan demikian, pergi pulang (PP) Triyono hasrua menempuh jarak sejauh 70 km untuk mendidik siswa-siswinya.
Triyanto mengungkapkan, kegiatan belajar mengajar (KBM) selalu berjalan lancar di kelasnya. Kalau menemui murid yang baru mengenalnya, dia memperkenalkan diri dan mengutarakan terlebih dulu keadaan fisiknya.
Baca Juga: Canggih Gunakan AI, Tim Robotik MTs Negeri 1 Banjarnegara Juara di Singapura
"Di awal pertemuan, saya memberikan pemahaman kepada siswa tentang kondisi saya, dan saya meyakinkan serta menyampaikan kepada siswa saya kalau kalian adalah anak yang baik dan akan mengikuti pelajaran saya dengan baik," bebernya.
Dia menambahkan, dukungan dan motivasi dari para rekan guru dan muridnya menjadi suplemen dirinya menjalankan tugas negara.
"Saya nyaman bersama keluarga yang sudah terbentuk di MAN 4 Sleman. Terlebih guru-gurunya juga sangat baik dan memahami kekurangan saya," pungkasnya. ***
Baca Juga: Dosen UGM Kembangkan Obat Tumor Pembuluh Darah
Artikel Terkait
Hari Braille Sedunia di Tanggal 4 Januari 2022, Bagaimana Sejarah Penemuan Huruf Khusus untuk Tunanetra?
Klasifikasi Tunanetra dan Tanda-tanda Gangguan Penglihatan pada Anak
Putri Ariani, Penyanyi Tunanetra Peraih Golden Buzzer America's Got Talent, Bikin Dunia Berdecak Kagum
Komisi X DPR Minta Pos Belanja Tunjangan Sertifikasi Guru Tak Diotak-atik Atas Nama Efisiensi
Vokalis Sukatani Kabarnya Dipecat dari Pekerjaannya Sebagai Guru, Ada Surat yang Dikirim ke Sekolah