Hingga kini belum ada penambahan, sehingga apabila terjadi erupsi akan berpotensi bersifat eksplosif.
"Asap hembusan tampak di sekitar kawah dengan tekanan lemah hingga sedang. Asap juga terlihat pada area puncak sisi barat laut yang menyerupai rekahan dan cenderung tipis, sedangkan pada tembusan solfatara di sisi timur laut, asap tampak tipis,” katanya.
Wafid mengatakan, data kegempaan menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan pada gempa vulkanik dalam, yang rata-rata per hari hanya 8-10 kejadian.
Baca Juga: Profil Kades Casmari, Punya Hobi Nyawer di Klub Malam Rp2-15 Juta, Nathalie Holscher pun Kebagian
Namun, pada tanggal 17 Juni 2025 terdapat 50 kejadian hanya dalam kurun waktu 2 jam.
Data kegempaan dari tanggal 16-17 Juni 2025 pukul 14.00 WITA yakni 5 kali Gempa Hembusan, 18 kali Tremor Non Harmonik, 3 kali Gempa Low Frequency, 3 kali Gempa Hybrid, 52 Gempa Vulkanik Dalam, dan 7 kali Gempa Tektonik Jauh.
"Dari data deformasi tiltmeter dan GPS menunjukkan indikasi inflasi begitu juga dengan data InSAR yang selaras dengan data tersebut menunjukkan anomali inflasi," ujarnya.
"Hal ini menandakan adanya tekanan dari dalam tubuh gunungapi yang dapat berpotensi menjadi erupsi,” pungkasnya.***
Artikel Terkait
Pemkab Cirebon Menghentikan Pencarian Korban Longsor Gunung Kuda, Sisa Empat Belum Ditemukan
Fakta-Fakta Terkait Erupsi Freatik Gunung Tangkuban Perahu, BMKG: Dampaknya Serius, Wajib Waspada
Gunung Raung Erupsi Lagi, Kolom Letusan Capai 600 Meter di Atas Puncak
Gunung Raung Erupsi Lagi Kamis Dini Hari, Pemerintah Siapkan Kemungkinan Evakuasi Warga
Kondisi Terkini Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki, Status Awas Level Tertinggi Masih Berlaku