Menurut Caesar, Tim LKG BRI Indonesia sudah dilatih dengan lebih baik dan menggunakan bantuan teknologi digital untuk membantu memetakan kelemahan pemain dan kelemahan taktik pada setiap laga, lalu memperbaikinya.
Baca Juga: Pendeta di Blitar Cabuli Tiga Anak di Bawah Umur, Polisi Bongkar Modus Bejat Pelaku
Selain itu, rotasi pemain pada semua posisi juga terus dilakukan sehingga kekurangan pemain pada satu posisi tidak akan terjadi karena banyak pemain yang bisa mengisi beberapa posisi sekaligus. Rotasi semacam itu sudah dipersiapkan karena tim akan menjalani dua sampai tiga laga dalam sehari selama seminggu untuk menuju final.
Pemimpin Redaksi Kompas Haryo Damardono menyambut baik persiapan maksimal yang sudah dilakukan oleh Tim LKG BRI Indonesia. Menurut Haryo, setelah menjalani kompetisi yang ketat dan pelatihan yang panjang, sudah saatnya Tim LKG BRI Indonesia mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.
Liga Kompas, kata Haryo, digelar pertama kali pada 2010 untuk menjawab ketiadaan pembinaan sepak bola usia dini di Indonesia.
Baca Juga: Skandal Beras Oplosan Menguak: DPR Geram, Rp99 Triliun Melayang, Siapa yang Bermain di Balik Layar?
Setelah melewati 13 musim (karena hiatus 3 musim akibat pandemi Covid-19), Liga Kompas berhasil menyumbang puluhan pemain yang pernah membela timnas Indonesia pada berbagai kelompok umur dan timnas senior.
Ratusan alumni Liga Kompas juga terjun sebagai pemain profesional di berbagai klub Liga 1 dan Liga 2 Indonesia.***
Artikel Terkait
Penembakan Massal di Sekolah, Ulf Kristersson: Ini yang Terburuk Sepanjang Sejarah Swedia!
Penembakan Massal Terburuk dalam Sejarah Swedia: Sekolah Ditembaki, 10 Orang Tewas
Kebut Kasus Pengadaan Mesin EDC Bank BRI, KPK Kembali Garap Mantan Wadirut Catur Budi Harto
Mesin EDC BRI Beralih dari Konvensional ke Teknologi Berbasis Android
Portofolio Sustainable Finance BRI Terbesar, Tembus Rp796 Triliun: Tunjukkan Komitmen Kuat ESG