KONTEKS.CO.ID – Tesla menjadi mobil listrik pertama di dunia yang berkemampuan otonom level 4. Lebih menariknya lagi, ada tangan perempuan asal Indonesia yang berada di balik kesuksesan itu. Namanya Moorissa Tjokro.
Tak ingin sukses sendirian di Tesla atau perusahaan besar lainnya, Moorissa Tjokro pun menegaskan pentingnya penguasaan ilmu dan pengetahuan, serta peningkatan literasi digital bagi kaum perempuan.
Salah satu mantan insinyur Tesla itu mengatakan, itu semua akan mendorong peningkatan kesadaran akan pengembangan dan pemanfaatan teknologi untuk keamanan dan keselamatan manusia.
“Seperti teknologi mobil otonom tanpa awak pengemudi yang dikembangkan dengan sistem perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan, akan menghasilkan tingkat efisiensi dan meningkatkan keamanan berkendara sehingga membantu menekan angka kecelakaan di jalan raya,” kata Moorissa di laman Kemenlu RI.
Menurut perempuan lulusan S1 Georgia Institute of Technology Atlanta dan S2 Columbia University ini, mobil otonom tanpa pengemudi atau autopilot sudah cukup banyak dikembangkan di Amerika Serikat, terutama di San Francisco. Mobil tersebut akan berkontribusi pada berkurangnya pemanasan global karena menghasilkan emisi karbon dioksida yang jauh lebih rendah.
Moorissa bersama timnya saat ini bahkan tengah memajukan sistem otomatisasi mobil tanpa pengemudi ini sampai pada level 4, yang berarti mobil akan sepenuhnya mandiri, meskipun masih menyediakan ruang kendali bagi pengendara.
Level tertinggi dari mobil autopilot adalah level 5, di mana kendaraan tidak hanya semua fungsi sepenuhnya otomatis. Tetapi juga sepenuhnya otonom alias sama sekali tidak memerlukan alih pengemudi oleh manusia.
Menurut Society for Automotive Engineers atau SAE International –sebuah organisasi global yang merupakan kumpulan dari sekitar 128.000 insinyur dan pakar teknis terkait di industri kedirgantaraan, otomotif, dan kendaraan komersial, telah dibuat klasifikasi taksonomi untuk menunjukan tingkat otomatisasi kendaraan bermotor.
Menurut SAE International, tingkatan pertama adalah nol, yang berarti tidak ada otomatisasi sama sekali, dan tingkatan terakhir adalah 5 dengan kendaraan sepenuhnya otomatis dan otonom.
Dalam test drive terhadap Cruise, salah satu mobil otonom ternama yang berbasis kecerdasan buatan yang dilakukan pada kesempatan terpisah oleh Moorissa bersama KJRI San Francisco, tingkat otomatisasi mobil tersebut diketahui telah mencapai level 4.
Mobil Cruise saat ini sudah beredar di pasaran terutama di San Francisco yang sistem kecerdasannya terus disempurnakan oleh sekelompok tim ahli yang Moorissa menjadi bagian di dalamnya.
Kini dia dengan timnya tengah mengembangkan teknologi kecerdasan buatan pada transportasi publik. Sehingga mobil otonom juga akan bermanfaat bagi masyarakat termasuk penyandang disabilitas.
Keahlian yang dimiliki oleh sosok seperti Moorissa tidak banyak dimiliki orang lain. Perempuan yang pernah bekerja di NASA dan Tesla ini, sejak kecil menyukai hal berbau mekanik dan teknologi, serta suka mempelajari sesuatu yang baru.
“Pengetahuan adalah kekuatan”, tegasnya.
Dia berpesan kepada masyarakat terutama generasi muda Indonesia untuk terus memperluasan wawasan, bersikap positif, ikuti berbagai pelatihan yang meningkatkan kualitas diri, dan senantiasa terbuka pada suatu yang baru agar tidak tertinggal oleh pegerakan zaman yang begitu cepat. “Memiliki mentor juga sangat penting”, tambahnya.
Mentor akan menjadi bagian dari perjalanan hidup yang akan terus mendukung dan memberi pelajaran untuk kesuksesan. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"