Wu menambahkan, China saat ini menjadi pasar dengan pertumbuhan tercepat bagi perusahaannya.
Namun, lonjakan permintaan yang tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku membuat harga bulu bebek dan angsa melambung tinggi.
Sejak akhir 2022, harga bahan baku itu disebut lebih dari dua kali lipat, dengan kenaikan yang bisa terjadi hanya dalam hitungan jam.
Persaingan antar-pabrik juga kian ketat. Ada ratusan pabrik shuttlecock di China yang berebut pasokan bulu unggas untuk memastikan kelangsungan produksi mereka.
Baca Juga: BWF Klaim Kekurangan Shuttlecock Belum sampai Krisis, Tapi?
“Kalau harga naik dan Anda tidak segera membeli, pabrik lain akan mendahului. Demi bertahan, produsen terpaksa melakukan pembelian meski harganya tidak masuk akal,” ujar Wu.
Kondisi ini memicu siklus produksi yang naik-turun, bahkan disebut lebih parah dibanding periode sebelumnya.
Produsen yang biasanya mengandalkan pasar ekspor kini memilih mengamankan pasokan untuk kebutuhan domestik.
Baca Juga: Pasar Shuttlecock Bulu Tangkis Diprediksi Tembus Rp19,5 Triliun pada 2032
Itu merupakan langkah yang mencerminkan perubahan besar dalam peta distribusi shuttlecock dunia.***
Artikel Terkait
Bra Melorot Denise Chariesta Jadi Sorotan Saat Main Bareng Angsa di Pantai
Sinopsis Home School Episode 3, Pennhung Dihukum Gara-Gara Bebek Mati
Intip Istimewanya Roast Goose, Makanan Populer Bebek Panggang yang Klasik dari Hongkong
Bebek Goreng Indonesia Masuk Daftar 10 Olahan Bebek Terenak di Dunia Versi Taste Atlas
Sejarah Baru! Putri KW Jadi Wakil Indonesia Pertama Tembus Perempat Final BWF World Championships 2025