“Saya mencoba banyak hal. Saya harus ubah gaya main, dan kalau gagal ya tidak apa-apa. Kalau berhasil, tinggal ulangi lagi.”
“Sekarang semua pemain sudah tahu gaya main saya. Jadi saya harus mengubahnya sedikit."
"Tahun ini pendekatan itu berhasil di setiap pertandingan. Saya hanya perlu terus berkembang.”
Hal yang membedakan Vitidsarn dari pemain lain adalah kerendahan hatinya.
Meski kini menjadi juara dunia dan peringkat satu, ia tetap menganggap dirinya sebagai pembelajar.
Baca Juga: Update Ranking Dunia BWF, Ganda Putra Berjaya, Jonatan Christie Rangking 3
Kekalahan pun ia maknai sebagai kesempatan belajar, bukan luka yang harus disembunyikan.
“Saya harus terus belajar,” ujarnya usai menundukkan Alex Lanier di perempat final Indonesia Open lalu.
“Saya memang nomor satu dunia, tapi performa saya belum nomor satu. Saya harus mencoba semua pukulan. Kalau gagal, tinggal ubah lagi.”
Bahkan saat kalah dari Chou Tien Chen keesokan harinya, ia tetap sportif memberi pujian.
“Hari ini Chou main sangat bagus. Ini sangat berat buat saya. Tapi saat lelah pun kita harus tetap fokus,” katanya.
“Dia pemain hebat dan saya harus belajar. Dia punya banyak pengalaman. Kalau saya kalah, ya artinya saya belum cukup baik. Dia mengejutkan saya, biasanya dia main reli panjang dulu, tapi kali ini langsung menekan dan itu menyulitkan saya.”
Pendekatan yang menekankan proses belajar ini membuat Vitidsarn disukai banyak lawan.
Baca Juga: Asyik, BWF Setuju Proteksi Poin Peringkat Daniel Marthin Tapi Tak Bisa Tanding hingga Agustus 2025
Artikel Terkait
Setelah Piala Sudirman, Ini Update Ranking BWF 2025 Mulai dari Tunggal Putra hingga Ganda Campuran
Malaysia Masters 2025, Jadwal 8 Besar BWF Tayang Hari Ini Live di TVRI dan Vidio
Fajar-Rian Tahun Ini Tak Mau Ngoyo Ikut Turnamen BWF
BWF Gelar Lomba Hadiah Jalan-Jalan ke Hangzhou, Uang Saku Rp1,6 Juta per Hari, Cek Persyaratannya
Gara-Gara Trump, China Batal Ikut US Open 2025, Tarik Mundur Atlet dari BWF World Tour Super 300