“Saya tidak ingin menyombongkan diri, tapi saya rasa belum ada perusahaan robotik di Barat yang menyamai prestasi olahraga Tiangong,” ujar Tang.
Ia juga menyebutkan bahwa selama lomba, Tiangong hanya perlu mengganti baterai tiga kali.
Pusat robotik tempat Tiangong dikembangkan dimiliki 43 persen oleh dua BUMN.
Sementara sisanya dimiliki Xiaomi dan perusahaan robot humanoid terkemuka, UBTech.
Antara Pameran Teknologi dan Kegunaan Industri
Meski kehadiran robot dalam maraton ini menjadi sorotan, sejumlah ahli menilai demonstrasi seperti ini lebih bersifat pertunjukan dibanding bukti kematangan teknologi.
Alan Fern, profesor ilmu komputer dan AI dari Oregon State University, mengatakan bahwa software yang memungkinkan robot berlari sebenarnya telah dikembangkan lebih dari lima tahun lalu.
“Demonstrasi seperti ini menarik, tapi tidak banyak menunjukkan kemampuan kerja nyata atau kecerdasan dasar,” katanya.
Meski demikian, Tang menegaskan fokus berikutnya adalah membawa robot humanoid ke dunia industri, bisnis, hingga ke rumah tangga.
“Tantangan kami ke depan adalah membuat robot benar-benar bisa bekerja di pabrik, di lingkungan bisnis, dan pada akhirnya di rumah,” ujarnya mengakhiri pernyataan.***
Artikel Terkait
Tim Robot Ichiro ITS Juara RoboCup 2024 di Belanda, Kalahkan 300 Tim Robotik dari 40 Negara
Luar Biasa, Tim Barunastra ITS Juara Kapal Robot di Amerika untuk Keenam Kalinya!