KONTEKS.CO.ID - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengambil langkah tegas menyikapi dugaan sabotase terhadap platform Digdaya NU.
Organisasi Islam terbesar di Indonesia itu resmi membentuk tim pencari fakta untuk menelusuri berbagai kejanggalan yang belakangan terjadi di sistem digital internal NU.
Keputusan tersebut menjadi salah satu poin penting dalam rapat gabungan jajaran Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU yang digelar di kantor PBNU, Jakarta, Sabtu 13 Desember 2025.
Rapat ini membahas dinamika organisasi sekaligus respons atas gangguan yang dinilai tidak bisa dianggap sepele.
Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Imron Rosyadi Hamid, mengatakan pembentukan tim investigasi telah disepakati bersama. Tim ini akan bekerja khusus untuk mengungkap siapa pihak yang diduga melakukan sabotase terhadap Digdaya NU.
“Iya, tadi sempat dibahas di rapat kita. Kita telah membentuk tim investigasi yang melibatkan ahli IT,” kata Imron dalam jumpa pers usai rapat.
Imron menjelaskan, dalam tim pencari fakta tersebut PBNU menggandeng dua orang ahli teknologi informasi. Meski begitu, identitas para ahli IT itu belum diungkap ke publik demi menjaga independensi dan kelancaran proses investigasi.
Baca Juga: Nama Davina Karamoy Terseret Isu Perselingkuhan dengan Dito Ariotedjo, Ini Respons Santainya
PBNU Soroti Anomali Sejak November
Menurut Imron, dugaan sabotase ini bukan kejadian tunggal. Sejak 21 November lalu, PBNU mencatat adanya serangkaian anomali yang cukup mengganggu jalannya sistem organisasi.
Mulai dari gangguan teknis hingga upaya yang dinilai mengarah pada penghilangan kewenangan struktural.
“Bayangkan, pemimpin tertinggi di NU itu hak stamping-nya dihilangkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab,” ungkap Imron.
Ia menegaskan bahwa hal tersebut merupakan persoalan serius yang tidak bisa dibiarkan berlarut-larut.