nasional

Pakar Vulkanologi ITB Ungkap Faktor yang Membuat Gunung Semeru ‘Mengamuk’ Tak Terduga

Selasa, 25 November 2025 | 23:47 WIB
Ilustrasi erupsi gunung api. Gunung Semeru meletus baru-baru ini bersamaan dengan intensitas hujan yang tinggi. (Foto: Pixabay)

KONTEKS.CO.ID - Gunung Semeru belakangan ini menjadi perhatian seiring meningkatnya intensitas erupsi pada musim hujan belakangan ini.

Menurut Mirzam Abdurrachman, dosen Kelompok Keahlian Petrologi, Volkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, masyarakat harus mewaspadai peningkatan aktivitas vulkanik Semeru.

Dikatakan Mirzam, musim hujan berperan penting dalam meningkatkan potensi erupsi di Gunung Semeru. Kehadiran air hujan dapat memicu letusan freatik, terutama ketika air meresap ke area yang sangat panas di puncak gunung.

Baca Juga: Viral di TikTok, Kapolda Sumut Copot Kabid Propam Kombes Pol Julihan karena Dugaan Pemerasan

“Air yang masuk itu akan terpanaskan, berubah menjadi uap, menambah tekanan, dan kemudian letusan terjadi,” jelasnya, Selasa 25 November 2025.

Air hujan juga dapat mencuci lapisan abu vulkanik di bagian puncak yang selama ini berfungsi sebagai penutup tekanan dari bawah. Kondisi itu membuat penahan tekanan melemah.

“Seperti botol minuman bersoda yang sudah diguncang-guncangkan lalu tutupnya dibuka, maka akan menyembur keluar," katanya mengilustrasikan.

Baca Juga: Taktik Tinggi Hansi Flick Disorot, Chelsea Dinilai Punya Peluang Menang

Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) itu menambahkan, kedua fenomena ini lebih sulit diantisipasi ketimbang kejadian umum letusan gunung api yang berkaitan dengan siklus pengisian dapur magma.

Ancaman Utama di Musim Hujan

Mirzam menegaskann, musim hujan tidak hanya membawa bahaya primer saat erupsi, tetapi juga ancaman sekunder seperti lahar.

“Bahaya utama di musim hujan selain bahaya primer ialah bahaya sekunder atau ikutan seperti lahar,” ucapnya.

Baca Juga: Pickford Kokoh, David Moyes Sebut Sang Kiper Kelas Dunia

Ia mengingatkan aliran lahar paling berbahaya di sepanjang badan sungai, terutama pada bagian yang berkelok.

“Pada bagian ini lahar yang kental tentu tidak bisa bermanuver saat menghadapi tikungan atau belokan dengan tiba-tiba,” tambahnya.

Halaman:

Tags

Terkini