nasional

Peneliti: Fenomena Jumlah Perceraian Naik dan Pernikahan Turun di Indonesia Sudah Mengkhawatirkan

Jumat, 14 November 2025 | 23:54 WIB
Ilustrasi Pengadilan Agama Jakarta Barat meneggelar sidang cerai. (Foto: Kejari Jakbar)

KONTEKS.CO.ID – Negara diminta tidak mengabaikan fenomena meningkatnya angka perceraian di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Masalah itu harus menjadi perhatian serius berbagai pihak.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengindikasikan tren perceraian yang terus merayap naik mulai tahun 2019 hingga 2022. Di sisi lain, angka pernikahan malah menurun.

Fakta itu terungkap dalam webinar “Ketahanan Keluarga, Maslahat & Isu Gender” yang diadakan oleh Kelompok Riset Agama, Gender, dan Kelompok Minoritas, Pusat Riset Agama dan Kepercayaan (PR AK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), di gedung BRIN Gatot Subroto Jakarta, pada Rabu 12 November 2025.

Baca Juga: Daftar Lengkap Nama Siswa Juara Olimpiade Madrasah Indonesia Nasional 2025 Bidang Sains, Pintarnya di Atas Rata-Rata

Kepala PRAK-BRIN, Aji Sofanudin, mengatakan, berdasarkan data BPS 2024 yang mencatat sekitar 408.347 kasus perceraian, 78% di antaranya disampaikan oleh pihak istri.

Salah satu contohnya adalah meningkatnya kasus perceraian di kalangan guru perempuan bersertifikasi yang memiliki pendapatan lebih tinggi dari suaminya.

Menurut Aji, ketimpangan pendapatan sering mempengaruhi keharmonisan rumah tangga. Ketika istri memiliki posisi ekonomi lebih kuat, potensi ketidakseimbangan relasi dalam keluarga meningkat.

Namun tren perceraian mulai menunjukkan perbaikan pada 2025. Hal ini didorong oleh berbagai program pemerintah seperti pembinaan pra-nikah dan edukasi keluarga muda yang bertujuan mempersiapkan pasangan menghadapi tantangan rumah tangga modern.

Baca Juga: China Bangun Kapal Induk Bertenaga Nuklir Pertama, Tantang AS!

Di samping soal perceraian, Aji menambahkan, ketahanan keluarga juga terdampak oleh perubahan sosial dan ekonomi.

Urbanisasi, pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke industri, serta meningkatnya kebutuhan air bersih di kawasan industri turut mempengaruhi kesejahteraan keluarga.

“Ketahanan keluarga adalah dasar ketahanan bangsa. Keluarga membentuk kekuatan sosial dan moral masyarakat,” tuturnya.

Hal ini diamini Warnis, Peneliti Ahli Utama PRAK yang menemukan enam faktor utama pendorong perempuan mengajukan perceraian.

Baca Juga: Beredar Kabar Zayn Malik Balik Lagi ke One Direction

Halaman:

Tags

Terkini