KONTEKS.CO.ID - Ketua Harian DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Ahmad Ali, menegaskan ambisi besar partainya untuk memenangkan Pemilu Legislatif (Pileg) 2029.
Dalam konsolidasi perdana PSI di Jawa Barat pada Jumat, 14 November 2025, Ahmad Ali bahkan menyatakan target PSI adalah mengalahkan Partai NasDem, partai yang sebelumnya pernah ia naungi.
“Siap bertanding dan saya harus memenangkan. PSI harus menang dari NasDem se-Indonesia,” ujar Ali usai memberikan arahan dalam Rakerwil DPW PSI seluruh Jawa Barat di Purwakarta.
Ahmad Ali berkelakar bahwa dirinya akan menjadi orang yang paling merugi jika PSI gagal mengalahkan NasDem.
Baca Juga: Hangabehi Bantah Tuduhan Pengkhianatan, Sebut Tak Pernah Diajak Bahas Wasiat dan Suksesi
“Saya pasti orang yang paling merugi. Kalau kemudian ketika saya kalah dari NasDem,” katanya.
Alasan Tinggalkan NasDem dan Bergabung dengan PSI
Dalam kesempatan yang sama, Ali mengungkapkan alasan ia keluar dari Partai NasDem. Ia mengaku merasa nyaman selama berkarier politik di partai pimpinan Surya Paloh, namun justru kenyamanan itu membuatnya ingin mencari tantangan baru.
“Saya cukup nyaman di partai saya sebelumnya dan saya tidak terlalu suka dengan kenyamanan ini sebenarnya,” katanya.
Ia menilai PSI memberikan ruang yang membuatnya kembali bersemangat karena mendapatkan energi baru.
Baca Juga: KPK Telusuri Aset Heri Gunawan, Dua Tenaga Ahli Diperiksa dalam Kasus Dugaan Korupsi CSR BI OJK
“Di sini (PSI) adalah satu kehidupan buat saya, berkeliling konsolidasi seperti ini. Bagi saya ini adalah kehidupan baru. Saya mendapat energi baru, menambah umur muda saya lagi,” ujarnya.
Konsolidasi Nasional Menuju Pemilu 2029
Ambisi Ali untuk membawa PSI menang besar di Pemilu 2029 juga sebelumnya ia sampaikan dalam pelantikannya sebagai Ketua Harian DPP PSI periode 2025–2030.
“Pertanyaannya bukan lagi apakah PSI akan lolos (ke Senayan) pada Pemilu 2029, PSI harus bertekad menjadi pemenang, bertekad menang besar,” kata Ali saat pelantikan di The Club Djakarta Theatre, Jakarta Pusat, 26 September 2025.
Ia menyebut dua kegagalan PSI masuk Senayan harus menjadi modal evaluasi dan pembelajaran berharga.