Meskipun cuaca panas dan terik masih mendominasi pada pagi hingga siang hari di sejumlah wilayah Indonesia, potensi pembentukan awan konvektif dengan intensitas hujan tinggi pada sore hingga malam hari masih tetap signifikan.
Menurut BMKG, hal tersebut sejalan dengan karakteristik periode transisi musim dari kemarau menuju musim hujan di wilayah tropis.
Kemudian, dinamika atmosfer saat ini disebut masih sangat labil. Kombinasi pengaruh Gelombang Rossby, Gelombang Kelvin, dan adanya Bibit Siklon Tropis 96W di Samudra Pasifik timur Filipina berkontribusi membentuk awan konvektif di berbagai wilayah Indonesia.
Baca Juga: Prabowo Panggil Menterinya untuk Rapat di Kertanegara Sore Ini, Apa Agendanya?
Selanjutnya, sirkulasi siklonik terpantau di barat Sumatra dan Laut Natuna yang membentuk daerah konvergensi hingga meningkatkan peluang hujan deras.
Berdasarkan hasil pemantauan dinamika atmosfer terbaru, BMKG pun mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, serta gelombang laut tinggi di sejumlah wilayah di Indonesia.
"Masyarakat diharapkan secara rutin memantau informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca melalui kanal resmi BMKG," ujarnya.
Baca Juga: Ada Asbes Pemicu Kanker di Bedak Tabur Johnson and Johnson, Ribuan Warga Inggris Menggugat
"Serta menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan saluran drainase berfungsi dengan baik sebagai langkah antisipatif terhadap kemungkinan genangan air maupun bencana hidrometeorologi lainnya,” katanya.
Adapun, cuaca 19 hingga 23 Oktober 2025, umumnya cuaca di Indonesia didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan.
Namun, perlu waspada adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi.***