“Teknologi digital yang terus berkembang dengan pesat mengharuskan media untuk selalu beradaptasi tanpa meninggalkan elemen jurnalistik. Melalui penggunaan AI, media dapat melakukan transkrip dan menemukan angel berita yang paling menarik bagi pembaca. Pada akhirnya, di era teknologi, media harus dapat menjadi clearing house, yaitu perantara komunikasi yang menjernihkan bagi pembaca,” katanya.
Pada sesi selanjutnya, Ahli Pers Dewan Pers Rustam Fachri Mandayun menekankan pentingnya batasan-batasan yang harus diterapkan jurnalis agar tetap bisa menjadi jurnalis yang profesional.
“Peraturan-peraturan dalam jurnalisme, termasuk dalam penggunaan AI, membantu memastikan jurnalis agar tetap menjaga kredibilitas dan etika di tengah kemajuan teknologi. Peraturan ini bertujuan untuk melindungi hak privasi dan memastikan media tetap menjadi sumber informasi yang dapat dipercaya,” kata Rustam.
Sementara Jurnalis Senior Imam Wahyudi pada sesi pemaparan elemen jurnalisme dalam pelatihan jurnalis ini menyampaikan bahwa kegiatan jurnalisme merupakan suatu pencarian kebenaran dengan cara yang benar.
Sebagai jurnalis sangat penting untuk disiplin dalam melakukan verifikasi dan aktif mencari fakta agar produk berita yang kita hasilkan mengantarkan orang untuk mendapatkan kebenaran dan mencerahkan bukan menyesatkan.
Sehingga, melalui berita yang dihasilkan oleh seorang jurnalis, media dapat menjadi tempat diskusi dan menjadi tempat untuk menyampaikan hal penting secara menarik dan relevan,” ujar Imam Wahyudi.
Sejalan dengan pembicara sebelumnya, Editor Publisiana M. Taufiqurohman turut menegaskan bahwa dalam memenuhi nilai berita, media harus lepas dari berbagai keberpihakkan dan hanya berpihak pada fakta yang berasal dari kejadian dan peristiwa.
Baca Juga: Dua Pohon Besar Tumbang di Jalan Jombang Raya, Akses Jalan Bintaro-Ciputat Tertutup
Riset menjadi suatu hal yang penting dalam penulisan berita, dan riset akan memberikan pemahaman tentang duduk soal sebuah kejadian dan konteks kejadian tersebut.
“Hasil riset juga dapat mengefisienkan cara kerja wartawan karena memberikan informasi awal yang diperlukan,” katanya.
Trainer Publisiana Nanang Djunaedi menambahkan bahwa meskipun AI memiliki beberapa fungsi, AI pada dasarnya tidak dapat menggantikan peran jurnalis.
“Memang benar AI dapat membantu jurnalis dalam mengolah data, memberikan alternatif lead, atau membantu editing, meskipun demikian, AI tidak bisa merasakan human interest di lapangan, di mana hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh wartawan,” kata Nanang.
Baca Juga: Sidang Praperadilan Nadiem Makarim, Ahli Sorot Kejagung Buat-buat Alat Bukti
“Wartawan harus memastikan bahwa tulisan yang dibuat memiliki nilai tambah manusia yang tidak bisa digantikan oleh mesin. Jika AI digunakan, kita harus dapat memastikan bahwa masih terdapat sentuhan manusia dalam tulisan yang dihasilkan oleh AI tersebut,” katanya lagi.