KONTEKS.CO.ID - Mantan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri), Komjen Pol (Purn) Oegroseno, menilai bahwa salah satu masalah paling mendasar yang memicu seruan reformasi adalah keterlibatan institusi Polri dalam politik praktis.
Menurutnya, fenomena ini mulai terasa kuat sejak 2015 dan mencapai puncaknya pada pemilu terakhir, yang melahirkan stigma "Parcok" (Partai Coklat).
"Sejak 2015 sampai sekarang ini kan sepertinya tidak ada yang ngerem," ujar Oegroseno dalam sebuah video yang tayang di kanal Youtube Bambang Widjojanto pada Minggu, 28 September 2025.
Baca Juga: Demo 30 September 2025, Jumhur Hidayat Minta Buruh Tak Ikut Terlibat: Fokus Revisi UU Ciptaker
Ia mengaku prihatin dan bertanya-tanya mengenai arah yang akan dituju oleh institusi Polri. "Kita sendiri yang sudah purnawirawan juga mikir, 'Ini polisi mau dibawa ke mana nih? Apakah mau masuk ke jalur politik nih?'" ungkapnya.
Oegroseno menceritakan pengalaman pribadinya saat menjadi calon legislatif dari Partai Nasdem.
Ia terkejut ketika anggota polisi aktif di Sumatera Utara justru takut untuk sekadar berfoto dengannya, yang notabene adalah mantan Kapolda mereka dan mantan Wakapolri.
Baca Juga: Ungkap Rahasia HP Rp2 Jutaan Galaxy A17, Salah Satunya Dipersenjatai AI dan Kamera 50 MP Anti-Goyang
"Saya mantan Kapolda di sana, anggota takut foto sama saya, takut. Enggak boleh gitu loh," kenangnya.
Kejadian ini, menurutnya, adalah cerminan dari kultur ketidaknetralan yang sudah meresap hingga ke level bawah.
Ia menegaskan bahwa Polri harus segera kembali ke khittahnya sebagai aparat negara yang netral dan profesional, bukan menjadi alat politik.
Baca Juga: Di Sidang PBB, Menlu Rusia Tuding NATO-Uni Eropa Nyatakan Perang, Trump dan Eropa Balik Tekan
Menurutnya, anggota Polri belum siap untuk memiliki dua afiliasi, yaitu sebagai abdi negara sekaligus partisan partai politik.
"Lebih bagus kembalikan polisi sebagai aparat aparat negara karena memang kita belum siaplah untuk bergabung atau mengambil langkah kaki kiri di kepolisian, kaki kanan di partai politik, itu kita belum siap," pungkasnya.