nasional

Ironi Nadiem, Putra Nono Makarim dan Atika Algadrie, Pejuang Antikorupsi Legendaris

Jumat, 5 September 2025 | 19:25 WIB
Nadiem, putra kesayangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadrie, pejuang anti korupsi legendaris. (Instagram @nadiem_makarim__)

KONTEKS.CO.ID - Nama Nadiem Makarim kini jadi sorotan publik setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam skandal korupsi yang disebut bernilai triliunan rupiah.

Di tengah isu penetapan tersangka, cuplikan lawas Nadiem Makarim saat hadir di podcast Deddy Corbuzier kembali ramai beredar di media sosial.

Dalam video itu, Nadiem menegaskan dirinya tak pernah melakukan tindak korupsi. Ia juga menyinggung latar belakang keluarganya yang dikenal dengan perjuangan antikorupsi.

Dalam podcast itu, Nadiem menyinggung latar belakang keluarganya yang sangat lekat dengan isu antikorupsi.

Baca Juga: Komang Ayu Cahya Dewi Putuskan Mundur dari Pelatnas PBSI Usai Gemilang di Piala Uber 2024

“Mas kenal saya. Ayah saya dulunya Komite Etika KPK. Ibu saya pendiri daripada Bung Hatta Anti Corruption Award. Saya lahir dan dibesarkan di keluarga antikorupsi, Mas,” tegas Nadiem.

Jejak Integritas Orang Tua Nadiem Makarim

Ironi mencuat karena sang ayah, Dr. Nono Anwar Makarim, dikenal sebagai sosok intelektual, aktivis 1966, dan pengacara yang mendedikasikan hidupnya untuk memperjuangkan hukum serta memerangi korupsi.

Ibunya juga pejuang antikorupsi. Atika Algadrie alias Atika Makarim dikenal luas sebagai pendiri Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA), sebuah lembaga independen yang mendorong gerakan antikorupsi di Indonesia.

Nono Makarim merupakan salah seorang eksponen angkatan 1966, bergabung dengan Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA) sejak 1958.

Baca Juga: Suara Rakyat Menggema: Copot Kapolri, Reformasi DPR, dan Kembalikan Anggaran Pendidikan 20 Persen

Ia pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi Harian KAMI (1966–1973) serta anggota DPR-GR dari kalangan mahasiswa (1967–1971).

Bersama Emil Salim, Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Satrio Billy Joedono, Soemitro Djojohadikusumo, dan Ismid Hadad, ia turut mendirikan LP3ES pada 1971.

LP3ES adalah sebuah think tank generasi awal yang mendorong pembangunan alternatif di era Orde Baru. Nono juga pernah menjadi direktur lembaga ini.

Selain karier akademik dan hukum, Nono aktif mendirikan yayasan sosial seperti Yayasan Bambu Indonesia, Yayasan Biodiversitas Indonesia, dan Yayasan Aksara.

Halaman:

Tags

Terkini