nasional

Curhat Sri Mulyani Usai Rumah Dijarah, Didemo, dan Didesak Mundur: Bismillah...

Senin, 1 September 2025 | 10:21 WIB
Sri Mulyani curhat usai rumah pribadinya dijarah. (Instagram @smindrawati)

KONTEKS.CO.ID - Menteri Keuangan tengah jadi sorotan usai rumah Sri Mulyani di Bintaro, Jakarta Selatan, dijarah oknum pada Minggu, 31 Agustus 2025.

Lewat unggahan di media sosialnya, Senin 1 September 2025, ia membagikan curahan hati sekaligus pesan penting tentang demokrasi dan perjuangan membangun bangsa.

“Terimakasih atas simpati, doa, kata-kata bijak, dan dukungan moral semua pihak dalam menghadapi musibah ini,” tulis Sri Mulyani.

Ia mengungkapkan bahwa membangun Indonesia adalah perjuangan panjang yang penuh tantangan. Menurutnya, para pendahulu juga pernah melalui jalan terjal yang sama.

Baca Juga: Hari Ini, KPK Panggil Eks Menag Yaqut Cholil Terkait Dugaan Korupsi Haji Rp1 Triliun Lebih

Pesan Sri Mulyani tentang Demokrasi dan Etika Politik

Dalam tulisannya, Sri Mulyani menegaskan bahwa politik adalah perjuangan bersama untuk tujuan mulia bangsa dengan tetap menjunjung tinggi etika dan moralitas.

Ia menekankan sumpahnya sebagai pejabat negara untuk menjalankan UUD 1945 dan semua undang-undang yang disusun melalui proses demokratis.

“Apabila publik tidak puas dan hak konstitusi dilanggar UU, dapat dilakukan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi. Bila pelaksanaan UU menyimpang, dapat dibawa ke pengadilan hingga Mahkamah Agung. Itu sistem demokrasi Indonesia yang beradab,” jelasnya.

Baca Juga: WFH Lagi? Pemprov DKI Imbau Perusahaan Pulangkan Karyawan saat Demo Besar

Sri Mulyani menolak segala bentuk anarki, intimidasi, maupun represi dalam menyikapi perbedaan. Baginya, demokrasi harus dijaga dengan cara beradab.

Tugas Negara yang Berat Tapi Mulia

Ia mengingatkan bahwa tugas negara harus dijalankan dengan kejujuran, integritas, profesionalitas, transparansi, serta bebas dari korupsi. Menurutnya, amanah ini sangat berat sekaligus mulia karena menyangkut nasib rakyat dan masa depan bangsa.

“Ini adalah kehormatan sekaligus tugas luar biasa mulia. Tugas tidak mudah dan sangat kompleks, memerlukan empati dan kepekaan memahami suara masyarakat,” kata Sri Mulyani.

Ia juga berterima kasih kepada berbagai pihak yang selalu memberikan masukan, kritik, bahkan sindiran. Semua itu menurutnya adalah bagian dari proses membangun Indonesia.

Baca Juga: Bhima Yudhistira Sebut Demo Meluas Bukan Ditunggangi tapi Murni Kemarahan Publik atas Gagalnya Ekonomi

Halaman:

Tags

Terkini