nasional

Guru Besar Unair Warning Prabowo: Pecat Kapolri atau Dilengserkan Rakyat yang Super-Kecewa dari Kursi Presiden

Jumat, 29 Agustus 2025 | 15:26 WIB
Prof Henri Subiakto, Guru Besar FISIP Universitas Airlangga yang mendesak Presiden Prabowo Subianto agar pecat Kapolri. (UNAIR)

KONTEKS,CO,ID - Guru Besar FISIP Universitas Airlangga, Prof Henri Subiakto me-warning atau memperingatkan Presiden Prabowo Subianto untuk memecat Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo sehubungan tewasnya driver ojol karena dilindas rantis Brimob.

Jika Listyo Sigit Prabowo masih dipertahankan Presiden, bukan tidak mungkin justru masalah ini akan mengarah pada diri Prabowo sendiri.

Prof Henri Subiakto meminta agar pemegang kekuasaan tak menyakiti dan bertindak pongah terhadap rakyat. Sebab mereka memerhatikan dan mengawasi perilaku pemegang kekuasaan setiap saat. “Sekali salah bertindak, tindakan itu akan nyebar dan jadi bahan perbincangan,” kata Prof Henry dalam keterangan resminya, Jumat 29 Agustus 2025.

Baca Juga: Ini Tampang 7 Anggota Brimob yang Lindas Driver Ojol hingga Meninggal Saat Diperiksa Propam 

Hal ini terkadi dengan aksi polisi saat menangani demonstrasi. Kesalahan itu dalam hitungan menit langsung menyebar atau viral.  

“Kejadian Brimob melindas ojol, atau polisi nempeleng demonstran, langsung nyebar jadi pemicu kemarahan,” tambahnya.

Pada masa medsos, jelas dia, penularan dan kemarahan kolektif itu bisa muncul begitu cepat. Perilaku arogansi oknum polisi tidak bisa sembunyi dari kamera masyarakat. Pihaknya khawatir drama kekerasan di medsos bisa menjadi pemicu kemarahan dan antipati.

Polisi dinilai sebagai alat penguasa yang hanya membela struktur politik dan ekonomi, tapi represif kepada rakyat sendiri. Padahal penguasa kebijakannya dirasa jauh dari empati dan demokrasi, bahkan terkesan meremehkan kritikan, hingga perilaku penuh kepalsuan.

Baca Juga: Mal Atrium Senen Tutup! Lokasi Terlalu Dekat dengan Titik Massa Mako Brimob 

“Sekarang terjadi akumulasi kekecewaan. Rakyat kecewa keadaan ekonomi yang terpuruk. Pengangguran yang menumpuk. Harga kebutuhan yang melambung. Ditambah adanya tontonan arogansi dan kekejaman aparat. Membuat keadaan memanas,” kata Prof Henry mengingatkan.

Maka dirinya tak heran kalau rakyat, terutama anak muda jadi mudah terprovokasi ikut berdemo kadang anarkis. Walau dikatakan tidak memiliki isu politik yg signifikan.

“Tidak memiliki tokoh penanggung jawab dan agenda yang tampak jelas, tapi demonya berlangsung masif dan agresif,” tambahnya.

Sepertinya para peserta unjuk rasa yang mayoritas generasi muda punya karakter tersendiri dengan agenda beragam. Agendanya sesuai kemarahan, kegeraman mereka terhadap keadaan yang dirasakan tanpa peduli penilaian.

Halaman:

Tags

Terkini