KONTEKS.CO.ID - Memasuki hari kelima operasi pencarian korban tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, Tim SAR gabungan masih terus berupaya melacak keberadaan bangkai kapal.
Kapal diduga terseret arus sejauh sekitar 800 meter dari titik tenggelam pada Rabu lalu pada pukul 23.35 WIB.
Deputi Bidang Operasi Pencarian dan Pertolongan serta Kesiapsiagaan Basarnas, Laksamana Pertama Ribut Eko Suyatno, mengatakan kapal KRI Pulau Fanildo belum bisa mengoperasikan sonar secara maksimal karena kuatnya arus laut.
"Kemarin KRI Pulau Fanildo belum bisa bekerja optimal karena arus laut sangat kuat, sehingga alat remotely operated vehicle (ROV) tidak bisa digunakan secara maksimal," ujar Eko dalam jumpa pers, Senin 7 Juli 2025.
Baca Juga: Pekerja Kapal Asal Indonesia Tewas Setelah Terjatuh di Laut Dekat Gunsan Korea Selatan
ROV merupakan alat bawah laut yang dikendalikan dari permukaan untuk memastikan objek yang terdeteksi sonar benar-benar bangkai kapal yang dicari.
Namun, hingga kini ROV belum berfungsi optimal akibat arus bawah laut yang terlalu deras.
Sementara, Kepala Dinas Penyelam dan Penyelamatan Koarmada II Surabaya, Kolonel Laut (P) Haran Al Ahsan, menyampaikan pihaknya tengah menyiapkan ROV untuk diturunkan jika kondisi memungkinkan.
"Jika kedalaman laut berada di kisaran 40 hingga 50 meter dan kondisi arus memungkinkan, kami akan turunkan ROV,” katanya.
Baca Juga: Wapres Gibran Tinjau Proses Penanganan Korban Kecelakaan Kapal KMP Tunu Pratama Jaya yang Tenggelam
“Namun jika arus masih kuat, kami akan menunggu waktu yang tepat agar alat ini bisa bekerja optimal," ucap Haran.
Ia menambahkan, jika ROV berhasil menemukan bangkai kapal, tim penyelam dari TNI AL maupun Basarnas sudah siap untuk diterjunkan.
"Tim penyelam sudah bersiaga. Begitu bangkai kapal terdeteksi dan kondisi arus memungkinkan, kami akan langsung melakukan penyelaman," tegasnya.
Baca Juga: Kapal Tenggelam Diduga KMP Tunu Pratama Jaya Ditemukan di Dasar Laut Selat Bali