KONTEKS.CO.ID - Masif pemberitaan perusahaan tambang nikel rusak ekosistem Raja Ampat tampaknya menyita perhatian Presiden Prabowo Subianto.
Prabowo merespons perkara tambang nikel rusak ekosistem Raja Ampat dengan mengundang sejumlah menteri Kabinet Merah Putih ke kediamannya di kawasan Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin 9 Juni 2015.
Sampai pukul 16.00 WIB, sejumlah kendaraan dinas kementerian dengan pengawal Kepolisian hilir-mudik ke kediaman pribadi Prabowo tersebut.
Baca Juga: Bukan Gengsi, Ini yang Membuat Laga Jepang vs Indonesia Tetap Krusial Bagi Skuad Garuda
Antara lain, mobil berpelat nomor RI 28-8 yang merupakan milik Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol. Kemudian kendaraan dengan pelat nomor B 2690 ZZH hingga B 1800 ZZH.
Sejumlah mobil ini lalu terpantau meninggalkan kompleks Hambalang selepas magrib, mulai pukul 18.11 WIB.
Beberapa mobil yang meninggalkan kediaman Prabowo diawali dengan mobil berpelat B 1800 ZZH, RI 28-8 dan B 2690 ZZH.
Baca Juga: Simak Tata Cara Wajib yang Harus Dipatuhi Peserta UM-PTKIN 2025, Melanggar Didiskualifikasi!
Hanya tak terlihat siapa yang ada di dalam mobil-mobil yang mendapat pengawalan Kepolisian dengan strobo dan rotator itu.
Sementara, pihak Istana sampai saat ini belum memberikan keterangan resmi terkait para menteri yang menyambangi kediaman Prabowo di Hambalang.
Di sisi lain, Sekjen DPP Partai Golkar, Sarmuji, mengungkapkan, Ketum Bahlil Lahadalia selaku Menteri ESDM ada agenda rapat terbatas hari ini.
Baca Juga: Lawan Jepang, Timnas Indonesia Incar Hasil Maksimal di Laga Terakhir Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026
Menteri ESDM mengatakan ada rapat terbatas yang digelar hari ini. Tapi tak mengetahui siapa-siapa menteri yang ikut serta di dalam ratas itu. Begitu juga dengan materi yang dibahas bersama presiden.
"Setahu saya hari ini Menteri Bahlil ada agenda ratas di Hambalang. Saya nggak tahu (siapa yang diundang dan materi ratas). Waktu ketemu pagi tadi hanya mengatakan ada ratas," ujarnya.
Sekadar mengingatkan, Prabowo menggelar rapat dengan para menterinya saat panasnya isu tambang nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya. Eksplorasinya dinilai pegiat lingkungan hidup sudah merusak lingkungan setempat.***