KONTEKS.CO.ID - Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar), Ni Luh Puspa angkat bicara terkait pertambangan nikel yang merusak alam di Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Dia meminta aktivitas pertambangan itu dievaluasi.
Sebab, kata dia, di kawasan itu banyak turis yang high spender atau menghabiskan banyak uang selama perjalanannya.
Baca Juga: Harapan Pelatih Timnas China untuk Indonesia di Putaran Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026
Kata Puspa, kunjungan wisatawan di Raja Ampat memang tak sebanyak di Pulau Bali, namun turis yang datang ke sana adalah yang high spender.
"Wisatawan yang datang ke sana adalah yang high spender karena mereka ada yang biasanya sewa private jet, tinggalnya juga mereka pasti ke sana tidak hanya dua hari, mereka bisa tiga minggu, bisa bahkan sebulan di sana," ungkapnya saat menghadiri Puncak Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 di Kabupaten Badung, Bali, Kamis 5 Juni 2025.
Pihaknya, kata Puspa, tidak melihat kuantitasnya melainkan kualitas dari wisatawan yang datang ke tempat tersebut.
"Tentu dengan harga yang mereka bayar, mereka ingin mendapatkan pengalaman yang lebih berkualitas, jadi kita mohon itu dijaga," ujarnya.
Menurut Puspa, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana telah memanggil Gubernur Papua Barat Daya, Elisa Kambu, terkait masalah kerusakan alam Raja Ampat imbas pertambangan pada Rabu, 4 Juni 2025 kemarin.
Pemanggilan ini dilakukan usai aktivitas tambang nikel di wilayah Raja Ampat.
Baca Juga: Tudingan Prabowo Tentang LSM, Koalisi Masyarakat Sipil Sebut Ancaman untuk Kebebasan Sipil
Bahkan diketahui, lokasi penambangan pun dekat dengan Kawasan Wisata UNESCO Global Geopark Raja Ampat.