Bahkan tak sedikit yang mengambil bagian dalam acara luar kampus, semata-mata untuk menutup kebutuhan harian.
Mengajar, Administrasi, Lalu Sakit
Tak hanya mengajar, dosen juga dibebani tugas administratif dan kegiatan non-akademik kampus.
Mulai dari menjadi panitia akreditasi, pejabat struktural, hingga mengelola berbagai laporan penelitian dan hibah.
Semua itu menyita waktu, energi, dan tentu saja, berdampak pada kesehatan. Beberapa dosen muda bahkan mengaku pernah dirawat di rumah sakit akibat kelelahan.
Baca Juga: Satu Jemaah Haji Indonesia Meninggal Dunia Akibat Pneumonia di Tanah Suci
Gangguan kesehatan seperti tipes, asam lambung, hingga tekanan darah tinggi kini bukan hal aneh di kalangan akademisi muda, bahkan di usia di bawah 40 tahun.
Fenomena “musim sakit” ini biasa muncul di masa-masa sibuk seperti akreditasi, wisuda, hingga ujian akhir.
Dengan beban kerja dan kualifikasi pendidikan yang tinggi (minimal S2), banyak pihak menilai sudah saatnya dosen muda mendapat gaji yang layak.
Baca Juga: Viral Segel Perusahaan, Polda Kalteng Tetapkan Ketua DPD GRIB Jaya Kalteng Tersangka
Minimal tiga kali UMR atau sekitar Rp 15 juta per bulan dianggap sebagai angka ideal untuk dosen pemula agar bisa fokus membangun kualitas pendidikan tinggi tanpa dihantui masalah ekonomi.
Sayangnya, realitasnya jauh berbeda. Saat ini, gaji pokok dosen muda di PTN hanya sekitar Rp 3 juta.
Jika ditambah tunjangan kinerja, jumlahnya bisa meningkat menjadi Rp 7 juta.
Baca Juga: Miss Indonesia Monica Kezia Sembiring Juara 'Talent Finale Miss World 2025'