KONTEKS.CO.ID - Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta, Jamiluddin Ritonga tanggapi pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut debat capres ketiga tidak mengedukasi.
Menurut Jamiluddin, pernyataan Jokowi itu sedikit ada benarnya. Akan tetapi, debat capres ketiga lebih hidup ketimbang debat pertama.
"Namun secara keseluruhan, debat tersebut masih pada koridornya. Debat masih menonjolkan substansi dari topik yang didebatkan," ujar Jamiluddin saat dihubungi pada Selasa, 9 Januari 2024.
[irp posts="223991" ]
Jamiluddin mengatakan, penilaian dari Jokowi dapat menimbulkan kesan keberpihakannya kepada Prabowo.
Sebab, lanjutnya, Jokowi terkesan tidak melihat keseluruhan substansi dari debat capres ketiga.
Namun, Jamiluddin tidak memungkiri, ada kesan dalam upaya menyudutkan Prabowo dalam debat.
[irp posts="224637" ]
Hal itu terlihat dari penilaian yang diberikan Ganjar dan Anies kepada Prabowo.
"Padahal bukan porsi sesama capres untuk saling menilai. Ganjar dan Anies tentu bukan porsinya menilai Prabowo, begitu sebaliknya," kata Jamiluddin.
Oleh karena itu, Jamiluddin menuturkan, seharusnya rakyat yang berhak menilai setiap capres dalam debat tersebut.
[irp posts="224583" ]
Karena adanya debat diperuntukkan untuk rakyat sebagai salah satu pertimbangan memilih capres pada 14 Februari 2024.
"Jadi, idealnya presiden tak perlu menilai debat tersebut. Sebab, hal itu dapat dipersepsi rakyat sebagai keberpihakannya," ucap Jamiluddin.
"Kesan itu akan semakin kuat karena Prabowo didampingi Gibran, putranya Presiden Jokowi. Hal itu akan dapat dipersepsi rakyat tidak netralnya Jokowi," tutupnya.***