KONTEKS.CO.ID - PKB salah satu partai yang lahir dari rahim reformasi. Saat itu, ulama dari NU butuh partai untuk menyalurkan suara politik warga NU.
Maka pada 23 Juli 1998 sejumlah kiai dari Nahdlatul Ulama (NU), seperti Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, Mustofa Bisri, dan A Muhith Muzadi, mendeklarasi berdirinya PKB.
Saat ini jabatan Ketua Umum PKB dipegang oleh Muhaimin Iskandar atau sering dipanggil Cak Imin.
Belakangan pernyataan Cak Imin soal mandat khusus dari PBNU untuk Pilpres 2024 memunculkan polemik. Sebab PBNU merasa ditarik ke politik praktis.
Berikut ini sejarah berdirinya PKB atau Partai Kebangkitan Bangsa?
Sejarah berdirinya
Setelah era Orde Baru berakhir, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kebanjiran usulan dari warga NU di seluruh pelosok Tanah Air.
Ada yang mengusulkan agar PBNU membentuk partai politik (parpol), mengusulkan nama parpol, lambang, hingga nama-nama pengurusnya.
Tercatat, terdapat sekitar 39 usulan nama parpol, termasuk Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat, dan Kebangkitan Bangsa.
PBNU menyikapi usulan-usulan tersebut dengan sangat hati-hati, karena berdasarkan hasil Muktamar ke-27 di Situbondo pada 1984, NU dinyatakan sebagai organisasi yang tidak melakukan kegiatan politik ataupun terkait dengan parpol.
Karena PBNU dianggap belum bisa memenuhi keinginan masyarakat, sejumlah kalangan NU mulai mendeklarasikan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi masyarakat setempat. Partai yang lahir seperti Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Ummat di Cirebon.
Merespons hal itu, pada 3 Juni 1998, PBNU melakukan Rapat Harian Syuriyah, yang hasilnya dibentuk Tim Lima dengan tugas untuk memenuhi berbagai aspirasi warga NU. Tim Lima diketuai oleh KH Ma'ruf Amin, dengan anggota, KH M Dawam Anwar, Dr KH Said Aqil Siroj, HM Rozy Munir, dan Ahmad Bagdja.
Seiring derasnya keinginan masyarakat NU untuk membentuk parpol, maka dalam Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada 29 Juni 1998, Tim Lima diperkuat dengan dibentuk Tim Asistensi.
Tim Asistensi yang diketuai Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU), ditugaskan membantu Tim Lima. Pada 22 Juni 1998, Tim Lima dan Tim Asistensi melakukan rapat untuk mengelaborasikan tugas-tugas mereka.
Kemudian antara 26-28 Juni 1998, kedua tim kembali melakukan rapat untuk menyusun rancangan awal pembentukan parpol.
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur prihatin bahwa kelompok-kelompok NU ingin mendirikan partai politik NU, karena terkesan mengaitkan agama dan politik partai.
Oleh karena itu, Gus Dur bersedia menginisiasi kelahiran parpol berbasis ahlussunah wal jemaah. Keinginan Gus Dur diperkuat dukungan deklarator lainnya, yaitu KH Munasir Ali, KH Ilyas Ruchiyat, KH A. Mustofa Bisri, dan KH A. Muchith Muzadi.
Usai pembentukan partai dan pemilihan nama, maka pada 23 Juli 1998, deklarasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dilaksanakan di Jakarta. Pemilihan nama tersebut sesuai dengan sifat yang dijunjung dari parpol ini, yaitu kejuangan, kebangsaan, terbuka dan demokratis.
Pemilu 1999-2014
Pada 1999, PKB dalam pemilu perdananya berhasil mendapat perolehan suara sebanyak 13.336.982 atau 12,61 persen.
Kemudian, pada pemilu 2004-2009, PKB kembali menduduki peringkat lima besar dengan perolehan suara 12.002.885 atau 10,61 persen.
Sayangnya, pada pemilu 2009-2014, perolehan suara PKB mengalami kemerosotan. Hanya meraih 5.146.302 suara atau 4,95 persen.***