KONTEKS.CO.ID - Apa itu malam satu Suro? Malam satu Suro ini merupakan istilah yang mengacu pada malam pergantian tahun dalam penanggalan Jawa.
Malam ini jatuh pada tanggal satu Muharam dalam penanggalan Jawa, yang biasanya bersamaan dengan bulan Suro.
Secara umum, apa itu malam satu Suro dalam budaya Jawa ini mempunyai makna dan kepercayaan khusus yang dijunjung tinggi.
Dikutip dari laman Kemdikbud, Suro merupakan hari pertama dari bulan Sura atau Suro yang ada di penanggalan Jawa.
Penanggalan Jawa menggabungkan elemen penanggalan bulan (Islam), penanggalan matahari (Agustus), dan penanggalan Hindu.
Penanggalan Jawa memiliki dua sistem perhitungan, yaitu mingguan (7 hari) dan pasar (5 hari), yang didasarkan pada pertimbangan pragmatis, politis, dan sosial.
Pengertiannya dalam Kalender Jawa
Dalam penanggalan Jawa, terdapat siklus Windu (sewindu: 8 tahun), yang menyebabkan penanggalan Jawa pada tahun ke-8 (Jimawal) memiliki satu hari lebih lambat daripada 1 Muharram dalam penanggalan Islam.
Tahun Baru Jawa ini pada dasarnya akan dirayakan pada malam hari setelah matahari terbenam.
Di Jawa, malam tersebut dianggap keramat, terutama jika jatuh pada hari Jumat legi.
Umumnya pada malam tersebut, sebagian besar orang dilarang pergi ke mana pun, kecuali untuk pergi bersembahyang atau melakukan ibadah lainnya.
Menurut perhitungan kalender Jawa, Malam Satu Suro tahun 2023 akan jatuh pada tanggal 19 Juli 2023.
Tanggal 1 Suro sendiri akan bersamaan dengan hari Rabu, yang berarti Malam Satu Suro akan jatuh pada malam Rabu atau hari Selasa, yaitu tanggal 18 Juli 2023.
Malam Satu Suro memiliki hubungan erat dengan budaya Jawa.
Pada malam tersebut, sering kali terdapat ritual adat, seperti pertemuan sekelompok orang atau kebaktian, yang sering kali diiringi oleh karnaval.
Beberapa daerah di Jawa ini umumnya menjadi tempat perayaan malam satu Suro.
Bagi masyarakat Jawa, malam tersebut dipercaya sebagai kedatangan Aji Saka, yang membawa misi untuk membebaskan Tanah Jawa dari segala macam bahaya.
Keyakinan ini turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa.
Saat merayakan malam satu Suro, orang-orang akan lenih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Umumnya, mereka akan melakukan berbagai amal ibadah selama sebulan penuh pada bulan tersebut.
Apa Itu Malam 1 Suro dan Sejarahnya
Sejarah malam satu Suro memiliki beberapa catatan menarik.
Menurut berbagai sumber, Malam satu Suro juga bersamaan dengan tanggal satu Muharram.
Penetapan satu Muharram sebagai awal penanggalan dalam kalender Hijriah atau kalender Islam dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab.
Sejarah malam satu Suro atau awal penanggalan di Kalender Jawa ini konon untuk memperkenalkan kalender Islam kepada masyarakat Jawa.
Pada tahun 931 H atau 1443 tahun Jawa baru, pada masa pemerintahan Kerajaan Demak, Sunan Giri II melakukan penyesuaian antara sistem penanggalan Hijriah dengan sistem penanggalan Jawa yang berlaku saat itu.
Pada saat itu, Sultan Agung memiliki tujuan untuk menyatukan rakyatnya dalam menghadapi Belanda di Batavia dan ingin menyatukan Pulau Jawa secara keseluruhan.
Oleh karena itu, ia tidak ingin rakyatnya terpecah belah karena perbedaan keyakinan agama.
Sultan Agung Hanyokrokusumo berupaya menyatukan kelompok santri dan abangan.
Setiap hari Jumat legi, biasanya akan ada laporan pemerintahan setempat sambil mengadakan pengajian.
Pengajian ini nantinya akan dipimpin oleh para penghulu kabupaten, serta ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel dan Giri.
Jadi, satu Muharram atau satu Suro Jawa yang dimulai pada hari Jumat legi juga dikeramatkan.
Bahkan, banyak juga yang beranggapan akan bernasib sial jika ada orang yang memanfaatkan hari tersebut untuk hal-hal di luar kepentingan mengaji, ziarah, dan haul.***