• Senin, 22 Desember 2025

Google Doodle Tampilkan Rasuna Said, Singa Betina Pergerakan Kemerdekaan Indonesia

Photo Author
- Rabu, 14 September 2022 | 09:59 WIB
Google doodle menampilkan tokoh pahlawan nasional, Rasuna Said. Foto: Tangkapan layar
Google doodle menampilkan tokoh pahlawan nasional, Rasuna Said. Foto: Tangkapan layar



Rasuna Said dilahirkan pada 14 September 1910 di Desa Panyinggahan, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dia keturunan bangsawan Minang. Ayahnya bernama Muhamad Said, seorang saudagar Minangkabau dan bekas aktivis pergerakan.





Keluarga Rasuna Said adalah keluarga beragama Islam yang taat. Dia dibesarkan di rumah pamannya karena pekerjaan ayahnya yang membuat ayahnya sering tidak berada di rumah.





Tidak seperti saudara-saudaranya, dia bersekolah di sekolah agama, bukan sekuler, dan kemudian pindah ke Padang Panjang, di mana Rasuna Said bersekolah di Diniyah School, yang menggabungkan mata pelajaran agama dan mata pelajaran khusus.





Pada 1923, Rasuna Said menjadi asisten guru di Sekolah Diniyah Putri yang baru didirikan, tetapi kembali ke kampung halamannya tiga tahun kemudian setelah sekolah itu hancur karena gempa. Dia kemudian belajar selama dua tahun di sekolah yang terkait aktivisme politik dan agama, serta menghadiri pidato yang diberikan oleh direktur sekolah tentang nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia.





Setelah menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Rasuna Said remaja melanjutkan pendidikan di pesantren Ar-Rasyidiyah. Saat itu, dia merupakan satu-satunya santri perempuan.





Dia dikenal sebagai sosok yang pandai, cerdas, dan pemberani. Rasuna Said kemudian melanjutkan pendidikan di Diniyah Putri Padang Panjang, dan bertemu dengan Rahmah El Yunusiyyah, seorang tokoh gerakan Thawalib.





Gerakan Thawalib adalah gerakan yang dibangun kaum reformis Islam di Sumatra Barat. Banyak pemimpin gerakan ini dipengaruhi oleh pemikiran nasionalis-Islam Turki, Mustafa Kemal Atatürk.





Rasuna Said sangatlah memerhatikan kemajuan dan pendidikan kaum wanita, dia sempat mengajar di Diniyah Putri sebagai guru. Namun pada 1930, Rasuna Said berhenti mengajar karena memiliki pandangan bahwa kemajuan kaum wanita tidak hanya bisa didapat dengan mendirikan sekolah, tetapi harus disertai perjuangan politik.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Terkini

X